Rabu, 17 Agustus 2011

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA SISWA


JUDUL : UPAYA GURU MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MADRASAH TSANAWIYAH NURUL IHSAN KUALA KERITANG KECAMATAN KERITANG

A. Latar Belakang Masalah
Fungsi sebuah pendidikan adalah untuk mengembangkan kemampuan dan watak anak bangsa yang bermartabat sesuai dengan ajaran agama, sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yaitu:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab.”[1]

Dengan fungsi yang demikian, maka mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, serta berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demoktratis serta bertanggung jawab. Sumber daya manusia yang memiliki kecerdasan tinggi, yang ditunjang oleh adanya sikap dan prilaku yang bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, serta budi pekerti yang luhur, sangat diharapkan dalam rangka mencapai tujuan nasional. Adapun langkah yang harus ditempuh dalam upaya membantu mewujudkan tujuan di atas adalah dengan menumbuhkan dan membina motivasi kepada para pelaku pendidikan, terutama motivasi para siswa yang merupakan harapan bangsa untuk memacu prestasi dalam segala bidang, agar menjadi generasi-generasi yang siap dalam menghadapi tantangan masa kini dan masa yang akan datang.
Belajar merupakan ”perubahan prilaku berkat pengalaman dan latihan”. [2] Artinya, tujuan kegiatan pembelajaran adalah perubahan tingkah laku baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Bahkan, meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.
Pendapat tersebut menjelaskan bahwa tujuan dari belajar adalah perubahan prilaku seseorang baik dari segi sikap, tingkah laku maupun kepribadian dari seseorang itu. Perubahan prilaku tersebut terjadi jika dalam proses pembelajaran khususnya di sekolah berjalan dengan baik secara optimal.
Keoptimalan proses pembelajaran ditandai dengan ketercapaian tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran akan tercapai jika siswa belajar dengan aktif. Keaktifan siswa dapat dilihat dengan munculnya pertanyaan maupun ide-ide yang berdasarkan pemahaman serta pengalaman siswa itu sendiri.
Namun demikian, pada dasarnya keoptimalan belajar tidak sepenuhnya terlaksana, karena dalam kegiatan pembelajaran seorang guru berhadapan dengan siswa yang memiliki bepribadian yang berbeda-beda dan cara belajar yang berbeda-beda pula.
Siswa Madrasah Tsanawiyah memiliki perkembangan emosi sangat peka, suka mencari tantangan hidup, mencari identitas diri, membina persahabatan, mudah terpengaruh pada pergaulan dengan temannya baik di sekolah, masyarakat maupun saudara-saudaranya dalam satu keluarga, idealisme, cita-citanya melambung tinggi, mudah frustasi, kuat keinginannya. Namun harus diakui secara jujur kemampuan bertanya di kalangan siswa belum seperti yang diharapkan. Kondisi ini tidak lepas dari proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Selain dari itu, hal tersebut diduga salah satu faktor penyebabnya adalah motivasi belajar siswa yang lemah dan kurang  profesionalnya guru dalam mengajar.
Siswa yang prestasi belajarnya tinggi mempunyai kesanggupan untuk menemukan gagasan, ide, sesuatu yang belum tahu, rasa keingintahuan, dapat bekerja bersama dengan baik, bersedia mengakui hak-hak siswa lain dan mengerti batas-batas dan kewajibannya dan ia memiliki kesanggupan untuk bekerja sama dengan lingkungannya. Kegiatan seperti inilah yang dinamakan kemampuan bertanya.[3]
Berdasarkan apa yang telah dipaparkan di atas dan pengamatan sementara yang penulis lakukan di Madrasah Tsanawiyah Nurul Ihsan Kuala Keritang Kecamatan Keritang, maka penulis menemukan beberapa gejala sebagai berikut:
  1. Masih ada siswa hanya menjadi pendengar setia selama proses pembelajaran berlangsung.
  2. Masih ada siswa tidak pernah bertanya dan mengungkapkan pendapatnya selama belajar.
  3. Masih ada siswa yang kurang termotivasi dalam pembelajaran Fiqih.
  4. Guru kurang memberikan kesempatan bertanya kepada siswa sehingga siswa pasif di kelas.
  5. Guru lebih sering menggunakan metode ceramah sehingga siswa menjadi pendengar setia.
Berdasar pada pemaparan latar belakang serta melihat beberapa gejala di atas, maka penulis berminat untuk melakukan penelitian dan membauat karya ilmiah dengan judul: Upaya Guru Meningkatkan Kemampuan Bertanya Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Nurul Ihsan Kuala Keritang Kecamatan Keritang”.

B. Alasan Memilih Judul
Adapun yang menjadi alasan penulis dalam memilih judul tersebut di atas adalah sebagai berikut:
  1. Penulis memilih judul ini karena menurut penulis seorang guru Fiqih harus dapat dapat memotivasi siswanya terutama dapat meningkatkan kemampuan bertanya siswa saat belajar.
  2. Penelitian ini sangat dibutuhkan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan guru meningkatkan kemampuan bertanya siswanya.
  3. Penuis ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi upaya guru dalam meningkatkan kemampuan bertanya siswa.
  4. Menurut pengetahuan penulis bahwa judul tersebut belum ada yang meneliti khususnya di Madrasah Tsanawiyah Nurul Ihsan Kuala Keritang Kecamatan Keritang.
 
C. Penegasan Istilah
Untuk memudahkan dalam memahami penelitian ini dan untuk menghindari keraguan serta kesalah fahaman, maka penulis mengemukakan penjelasan tentang istilah-istilah yang berhubungan dengan judul penelitian ini, yaitu:
1. Upaya
Upaya adalah ”syarat untuk menyampaikan sesuatu maksud, akal, ikhtiar, mengikhtiarkan supaya melakukan sesuatu untuk mencari akal dan sebagainya, mengambil tindakan untuk upaya”.[4]
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan upaya adalah suatu ikhtiar atau usaha yang dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan bertanya siswa pada pembelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Nurul Ihsan Kuala Keritang Kecamatan Keritang.
2. Kemampuan Bertanya Siswa
Kemampuan bertanya siswa terdiri dari tiga kata yaitu kemampuan, bertanya dan siswa. Kemampuan berasal dari kata mampu yang artinya ”sanggup melakukan sesuatu”.[5] Bertanya merupakan “ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenal. Respon yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan”.[6] Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berpikir.
Jadi kemampuan bertanya siswa dalam penelitian ini adalah suatu kesanggupan yang dimiliki siswa berupa ucapan verbal yang meminta respon orang lain dalam pembelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Nurul Ihsan Kuala Keritang Kecamatan Keritang.





D. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam latar belakang, adapun yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah upaya guru meningkatkan kemampuan bertanya siswa pada mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Nurul Ihsan Kuala Keritang Kecamatan Keritang. Berdasarkan persoalan di atas, maka persoalan-persoalan yang melingkupi penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
a. Apakah guru memiliki usaha dalam meningkatkan kemampuan bertanya siswa?
b. Apakah siswa pernah bertanya ketika mengikuti pembelajaran Fiqih?
c. Apakah faktor yang menyebabkan siswa enggan bertanya dalam pembelajaran Fiqih?
d. Bagaimana bentuk upaya yang dilakukan oleh guru mata pelajaran Fiqih dalam meningkatkan kemampuan bertanya siswanya?
2. Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup dan masalah yang muncul seperti penulis kemukakan di atas dan untuk menghindari terjadinya kekeliruan dan kesimpangsiuran dalam penelitian ini, maka penulis membatasi masalah pada penelitian ini yaitu upaya guru meningkatkan kemampuan bertanya siswa pada mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Nurul Ihsan Kuala Keritang Kecamatan Keritang.
3. Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah ”persoalan yang perlu dijawab dengan penelitian. Tujuan perumusan masalah adalah agar penelitian itu tidak terlalu panjang”.[7]
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimana upaya guru meningkatkan kemampuan bertanya siswa pada mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Nurul Ihsan Kuala Keritang Kecamatan Keritang?
b. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi upaya guru meningkatkan kemampuan bertanya siswa pada mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Nurul Ihsan Kuala Keritang Kecamatan Keritang?



E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Setiap aktivitas yang dilakukan seseorang ”tentunya memiliki tujuan yang hendak dicapai, agar suatu pekerjaan menjadi berarti dan bermanfaat”.[8] Demikian juga halnya dengan penelitian yang penulis lakukan ini tentu mempunyai tujuan dan manfaat, yakni:
1. Tujuan Penelitian
     Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:
a. Upaya guru meningkatkan kemampuan bertanya siswa pada mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Nurul Ihsan Kuala Keritang Kecamatan Keritang.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi upaya guru meningkatkan kemampuan bertanya siswa pada mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Nurul Ihsan Kuala Keritang Kecamatan Keritang.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain:

a. Untuk guru
-   Menjadikan bahan masukan bagi guru agar dalam proses pembelajaran lebih meningkatkan kemampuan siswa dalam bertanya sehigga pembelajaran tidak monoton.
-   Sebagai sarana mencari solusi atas permasalahan rendahnya daya bertanya siswa saat pembelajaran.
b. Untuk siswa
-   Dapat memberikan gambaran cara mengajukan pertanyaan secara baik dan benar serta sebagai wahana siswa untuk mengaktifkan kemampuan motorik khususnya berbicara dan bertanya dalam pembelajaran.
c. Untuk Sekolah
-   Bagi sekolah diharapkan mampu memberikan masukan untuk membuat kebijakan-kebijakan kepada seluruh pihak terutama guru agar dalam proses pembelajaran lebih mengarahkan proses pembelajarannya untuk mengaktifkan siswa.
d. Untuk Peneliti
-   Bagi peneliti, karya ilmiah ini berguna untuk menambah pengetahuan tentang upaya guru dalam meningkatkan kemampuan bertanya siswanya di dalam kelas.
-   Sebagai sumbangsih ilmu pengetahuan bagi dunia pendidikan terutama yang berhubungan dengan masalah kemampuan bertanya siswa.
-   Memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Pembelajaran dengan dosen pengampu Herwati,S.Pd.,M.Pd di Sekolah Tinggi Agam Islam Auliaurrasyidin Tembilahan.

F. Kerangka Teoritis
Dalam sebuah pembelajaran, perencanaan pembelajaran sangat penting dilakukan oleh guru, perencanaan pembelajaran difungsikan sebagai acuan dasar dari pelaksanaan pembelajaran yang meliputi dua aspek yaitu ”perencanaan pembelajaran makro atau lebih dikenal dengan perencanaan kurikulum dan perencanaan mikro yang biasa disebut perencanaan pelaksanaan pembelajaran atau disingkat RPP”.[9]
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam pembelajaran, perencanaan pembelajaran terutama dalam meningkatkan kemampuan bertanya siswa perlu dibuatkan strategi khusus oleh guru agar siswa mau dan mampu untuk bertanya pada saat pembelajaran. Strategi pembelajaran diperlukan agar pembelajaran dapat dengan mudah diterma oleh siswa karena pada dasarnya, konsep belajar adalh sebuah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan oleh peserta didik sehingga ”strategi yang digunakan oleh guru harus mampu meresap ranah mental, emosi dan pikiran siswa untuk mampu bertanya di kelas”.[10]
a. Pengertian Bertanya
Bertanya merupakan “ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenal. Respon yang di berikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan”.[11] Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berpikir.
Bertanya merupakan salah satu aspek kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa. Jadi bertanya merupakan sebuah aktivitas siswa yang berupa ucapan verbal untuk memperoleh reaksi atau respon dari orang lain.

2. Arti Penting Bertanya
Bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat akan memberikan dampak positif terhadap siswa, yaitu:
-   Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar-mengajar.
-   Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah yang sedang dihadai atau dibicarakan.
-   Mengembangkan pola dan cara belajar aktif dari siswa sebab berfikir itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya.
-   Menuntun proses berfikir siswa sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik.
-   Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.[12]

3. Manfaat Mengajukan Pertanyaan
Di antara manfaat mengajukan pertanyaan adalah:
a. Memperluas wawasan berpikir, jika seseorang selalu menerima suatu ide atau teori tanpa mempertanyakan, maka pengetahuannya terbatas pada apa yang diterima semata-mata.
b. Mengundang reinforcement (penguatan). Pada umumnya siswa akan merasa puas jika pertanyaan yang diberikannya disetujui, atau pertanyaan yang diajukan relevan dan menugndang pembahasan lebih lanjut.
c. Memberikan motivasi atau mendorong siswa untuk belajar lebih lanjut. Dengan kemampuan bertanya siswa selalu bersikap tidak menerima satu pendapat saja, sikap ini mendorong siswa untuk selalu bersikap ingin tahu dan mendalami berbagai teori dan mendorong siswa belajar lebih lanjut.[13]
4. Upaya Guru Meningkatkan Kemampuan Bertanya Siswa
Bentuk-bentuk atau cara yang dapat digunakan untuk memberikan meningkatkan kemampuan bertanya siswa adalah:
a. Guru bertanya dalam bentuk permainan (compliance question) bertujuan siswa kembali bertanya. Misalnya ketika siswa ribut, maka guru mengajukan suatu pertanyaan dalam bentuk permintaan agar siswa diam.
b. Guru memberi tuntunan atas materi yang diajarkan. Ketika siswa berpikir menjawab pertanyaan tersebut. Guru memberikan pengantar terlebih dahulu baru guru mengajukan pertanyaan agar sesuai dengan pengantar tersebut.
c. Guru memberikan ide yang bertentangan. Ide yang bertentangan untuk memberikan pertanyaan mengarahkan (redirecting question) siswa agar jawaban yang diungkapkannya dapat dipahami dengan jelas. Jawaban siswa, oleh guru tidak langsung dibenarkan atau disalahkan tetapi dilemparkan ke siswa lain untuk memberikan komentar atas jawaban tersebut.
d. Guru memberikan pertanyaan dalam bentuk menggali atau membimbing (probing) siswa dalam menjawab. Pertanyaan ini maksudnya untuk menggali jawaban siswa yang telah diungkapkan agar lebih jelas.[14]
e. Guru memberikan penguatan pada siswa. Penguatan ini diberikan agar siswa memiliki semangat dan tidak takut dalam menyampaikan ide yang ada dalam pikirannya.[15]
f. Guru menggunakan media yang menarik perhatian siswa. Media merupakan ”alat bantu yang dapat menyampaikan pesan dari sumber kepada penerima pesan”.[16]
g. Guru memberikan reward bagi siswa yang bertanya. Reward atau hadiah merupakan salah satu alat yang dapat digunakan guru dalam menarik perhatian siswa dalam bertanya. Mereka akan terpacu untuk bertanya karena termotivasi mendapatkan hadiah.[17]

G. Konsep Operasional
Konsep operasional merupakan “suatu konsep dan penjabaran dari konsep teoritis agar mudah dipakai dan sekaligus sebagai aturan di lapangan penelitian, guna menghindari kesalahpahaman.”[18]
Sedangkan yang menjadi konsep operasional adalah upaya guru meningkatkan kemampuan bertanya siswa pada mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Nurul Ihsan Kuala Keritang Kecamatan Keritang.
Indikator dalam penelitian ini adalah:
  1. Guru bertanya dalam bentuk permainan (compliance question) bertujuan siswa kembali bertanya.
  2. Guru memberi tuntunan atas materi yang diajarkan.
  3. Guru memberikan ide yang bertentangan.
  4. Guru memberikan pertanyaan dalam bentuk menggali atau membimbing (probing) siswa.
  5. Guru memberikan penguatan pada siswa.
  6. Guru menggunakan media yang menarik perhatian siswa.
  7. Guru memberikan reward bagi siswa yang bertanya.

H. Metodologi Penelitian
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Nurul Ihsan Kuala Keritang Kecamatan Keritang. Waktu penelitian satu bulan pada bulan Juni 2011.
2.Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini  adalah guru Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Nurul Ihsan Kuala Keritang Kecamatan Keritang. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah upaya guru meningkatan kemampuan bertanya siswa pada mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Nurul Ihsan Kuala Keritang Kecamatan Keritang.
  1. Populasi dan Sampel
Populasi adalah ”seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan”.[19] Jadi, populasi berhubungan dengan data dalam penelitian.
Sedangkan sampel merupakan ”bagian dari populasi”.[20] Menurut Suharsimi Arikunto, dinyatakan bahwa:
”lebih baik jika populasi kurang atau sama dengan 100 maka lebih baik diambil semua, jika lebih dari 100 maka diambil sampel mulai dari 30% sampai 10% tergantung jumlah populasi, semakin banyak populasi maka semakin kecil angka persentasenya”.[21]

Populasi dalam penelitian ini adalah guru Pendidikan Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Nurul Ihsan Kuala Keritang Kecamatan Keritang dengan jumlah guru 2 orang.
  1. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik yang penulis ambil dalam penelitian ini yaitu:
a. Observasi
Observasi menurut Suharsimi Arikunto adalah:
”pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala–gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan”.[22]
Dalam penelitian ini yang menjadi objek observasi adalah guru Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Nurul Ihsan Kuala Keritang Kecamatan Keritang.
b. Wawancara
Menurut Sanapiah Faisal, wawancara adalah:
”percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara dan yang diwawancarai. Dalam hal ini penulis mengajukan pertanyaan dalam bentuk lisan kepada sampel yang telah ditentukan”.[23]

Peneliti melakukan wawancara terhadap kepala sekolah dan guru mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Nurul Ihsan Kuala Keritang Kecamatan Keritang tentang upaya guru meningkatkan kemampuan bertanya siswa.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah ”mencari data mengenai hal-hal berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, agenda dan sebagainya”.[24]
Dalam penelitian ini yang menjadi data dokumentasi adalah profil sekolah, denah sekolah dan struktur organisasi.
  1. Teknik Analisa Data
Data yang sudah terkumpul penulis tuangkan ke dalam bentuk angka-angka, sehingga data tersebut bersifat kuantitatif. Untuk selanjutnya dianalisa dan diinterpretasikan secara deskriptif. Pengolahan data ke dalam bentuk kuantitatif ditempuh dengan menggunakan rumus:
     F
P =  -  X 100%
     N

Keterangan :
F = Frekuensi yang sedang dicari persentasinya.
N = Number of cases (jumlah frekuensi).
P = Angka persentase.[25]
Untuk mengetahui kualitas dari penelitian, maka penulis ubah data yang bersifat kuantitatif menjadi data kualitatif sebagai berikut:
81% – 100% = sangat baik
61% – 80%  = baik
41% – 60%  = cukup baik
21% – 40%  = kurang baik
 0% - 20%  = tidak baik[26]

I. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:
BAB I  :PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang masalah, alasan memilih judul, penegasan istilah,  permasalahan (identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah), tujuan dan manfaat penelitian, konsep operasional.
  BAB II :TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini mengkaji tentang upaya guru meningkatkan kemampuan bertanya.
  BAB III :METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan waktu dan lokasi penelitian, subjek dan objek penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.
  BAB IV :PENYAJIAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
  BAB V  :PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran-saran.
  DAFTAR PUSTAKA





















DAFTAR PUSTAKA

Alex Sobur, (2009), Psikologi Umum, Bandung: pustaka Setia.
Anas Sudijono, (2008), Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Azhar Arsyad, (2008), Media Pembelajaran, Jakarta: rajaGrafindo Persada.
I Gusti Ngurah Agung,(2004), Manajemen Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi, Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Junaedi, dkk, (2006), Strategi Pembelajaran, Surabaya: LAPIS PGMI.
Lukmanul Hakim,(2008), Perencanaan Pembelajaran, Bandung: Wacana Prima.
Muhammad Ali, (2006), Kamus Bahasa Indonesia Modern, Jakarta: Pustaka Amani.
Nur Uhbiyati, (2001), Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia.
Nurul Zuriah, (2006), Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi, Jakarta: Bumi Aksara.
Redaksi Sinar Grafika, (2003), Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, UU RI  NO, 20 TH,2003,  Jakarta: Sinar Grafika.
Riduwan, (2005), Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula, Bandung: Alpabeta.
Sanapiah Faisal, (2007), Format-Format Penelitian, Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Sri Anitah W, dkk, (2008), Strategi Pembelajaran  di SD, Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.
Suharsimi Arikunto, (2002), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta.
Sumiati dan Asra, (2008), Metode Pembelajaran, Bandung: Wacana Prima.
Surya, Dkk, (2007), Kapita Selekta Kependidikan SD, Jakarta: Universitas Terbuka.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, (2006), Strategi Belajar Mengajar,  Jakarta: PT Rineka Cipta.
Wahyu, MS dan Muhammad MS, (2003), Petunjuk Praktis Membuat Skripsi, Surabaya: Usaha Nasional.







[1]Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, UU RI  NO. 20 TH.2003,  (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), hlm. 5-6.
[2]Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain,  Strategi Belajar Mengajar,  (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hal. 11.
[3]Surya, Dkk, Kapita Selekta Kependidikan SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007),  hal. 2.4.
[4]Muhammad Ali, Kamus Bahasa Indonesia Modern, (Jakarta: Pustaka Amani, 2006), hal. 605.
[5]Ibid., hal. 521.
[6]Junaedi, dkk, Strategi Pembelajaran, (Surabaya: LAPIS PGMI, 2006), hal. 2.3.
[7]I Gusti Ngurah Agung, Manajemen Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004), hal. 149.
[8]Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hal. 13.
[9]Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Wacana Prima, 2008), hal. x.
[10]Sri Anitah W, dkk, Strategi Pembelajaran  di SD, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2008), hal. 1.3.
[11]Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: Wacana Prima, 2008),  hal.225.
[13]Sumiati dan Asra,op.cit., hal. 124.
[14]Ibid.
[15]Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), hal. 14.
[16]Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), hal. 15.
[17]Ibid., ha. 17.
[18]Wahyu, MS dan Muhammad MS, Petunjuk Praktis Membuat Skripsi, (Surabaya: Usaha Nasional, 2003), hal. 25._
[19]Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi,  (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hal. 116.
[20]Ibid., hal. 118.   
[21]Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 26.
[22]Ibid., hal. 200.
[23]Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007). hal. 132-133.
[24]Suharsimi Arikunto, op.cit, hal. 206.
[25]Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan Cet. Ke-11, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), hal. 40
[26]Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula, (Bandung: Alpabeta, 2005), hlm. 89.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar