Rabu, 17 Agustus 2011

ISLAM DI MALAYSIA

ISLAM DI MALAYSIA

A.    Nasionalisme Melayu Islam menuju Kemerdekaan
Berakhirnya Perang Pasifik dengan kekalahan berada di pihak Jepang, telah mendorong negara-negara Eropa (Belanda dan Inggris)  yang pernah mempunyai tanah jajahan di wilayah Asia Tenggara, merasa perlu menengok kembali koloninya yang dulu ketika diserang Jepang, mereka tinggalkan begitu saja.
Bagi Indonesia yang telah memproklamasikan kemerdekaannya, persoalannya tinggal, bagaimana mempertahankan kemerdekaannya itu; mengisinya dan menjalankan roda pemerintahan sebuah negara yang merdeka dan berdaulat. Sementara itu, tahun-tahun awal selepas berakhir perang Pasifik, bagi Malaysia persoalannya lain lagi.
Bagi Malaysia, kemerdekaan yang dicapai Indonesia tanpa melibatkan Tanah Melayu, seolah-olah merupakan sebuah rangkaian perjalanan yang berakhir dengan kegagalan. Sungguhpun demikian, semangat untuk mencapai cita-cita menjadikan Malaysia sebagai negara yang merdeka, tidak sama sekali pudar, perjuangan mesti dilanjutkan. Ibrahim Yaakob dan beberapa pemimpin KRIS (Kesatuan Rakyat Indonesia Semenanjung), lainnya kemudian terbang ke Indonesia dan selanjutnya melakukan perjuangannya dari Indonesia. Sebenarnya pemimpin-pemimpin KRIS yang hendak memetik buah perjuangannya berupa kemerdekaan bersama Indonesia, merasa sangat terpukul. Menyusul kemudian, 20 Agustus 1945, PETA (Pembela Tanah Air), dibubarkan, dan berikutnya, KRIS mengalami nasib yang sama. Pembubaran PETA dan KRIS menyusul kekalahan Jepang, keterlambatan pasukan Inggris datang kembali ke bekas koloninya, dan tidak munculnya reaksi cepat dari para sultan untuk menguasai keadaan waktu itu, telah menyebabkan Tanah Melayu laksana 'daerah tak bertuan.' Kondisi inilah yang kemudian dimanfaatkan Partai Komunis Malaysia (PKM) untuk tampil sebagai penguasa. PKM yang sebagian besar anggotanya terdiri dari orang-orang Cina, berhasil menguasai lebih dari separoh Tanah Melayu. PKM yang pada zaman Jepang, tenggelam karena diharamkan tiba-tiba muncul laksana singa lapar.[1]
Mereka yang dulu dianggap pro Jepang, ditangkap, dihukum dan dibunuh. Ketika trauma kerusuhan rasial dan permusuhan etnis Cina-Melayu belum sama sekali padam, Inggris mengumumkan sebuah rencana pembentukan Kesatuan Malaya (Malayan Union), 10 Oktober 1945. Banyak pihak yang menentang gagasan tersebut. Masalahnya, beberapa butir dari rencana pembentukan Malayan Union dipandang akan sangat merugikan golongan Melayu dan raja-raja Melayu. Beberapa butir gagasan tersebut, antara lain, bahwa kekuasaan dalam Malayan Union akan dipegang oleh seorang gubernur, sementara kekuasaan raja-raja dibatasi hanya untuk urusan adat istiadat dan soal-soal yang menyangkut agama (Islam).[2]
Butir lain yang amat ditentang masyarakat Melayu adalah pemberian kelonggaran kewarganegaraan bagi orang yang dilahirkan di Tanah Melayu. Kaum pendatang (etnis Cina dan India) yang memainkan peranan penting dalam perekonomian Tanah Melayu diberi hak kerakyatan yang sama dengan orang Melayu. Dengan begitu, orang Melayu sebagai pribumi kehilangan hak istimewanya. Sementara itu, kelompok nasionalis radikal dan beberapa mantan anggota KRIS, kembali tampil dalam usaha memperjuangkan penggabungan Malaysia-Indonesia. Beberapa tokohnya antara lain Dahari Ali, Mokhtaruddin Lasso, Dr. Burhanuddin Al-Helmy dan Zulkifli Owni mendirikan Partai Kebangsaan Melayu-Malaya (PKMM), 17 Oktober 1945.[3]
Menghadapi rencana Inggris untuk membentuk Malayan Union, pada mulanya PKMM menyetujuinya.20 Belakangan setelah menyadari bahwa pembentukan Malayan Union lebih banyak merugikan golongan Melayu, PKMM kemudian menentang keras, terutama yang menyangkut pembatasan kekuasaan politik sultan-sultan, pemberian kemudahan hak kewarganegaraan bagi golongan non-pribumi, tindakan Inggris yang tak demokratis terhadap para sultan dalam usaha memperoleh tanda tangan sultan-sultan sebagai persetujuan pembentukan Malayan Union, dan pemisahan Singapura dari Malaysia.
Pada saat yang hampir bersamaan, Dato Onn Jaafar mendirikan organisasi kemelayuan yang bermana Pergerakan Melayu Semenanjung. Tujuannya, antara lain, menyatukan orang-orang Melayu dalam menentang Inggris, khususnya yang menyangkut pembentukan Malayan Union. Langkah pertama adalah dengan menyelenggarakan Kongres Melayu se-Malaya. Langkah ini kemudian mendapat sambutan yang baik, terutama dari organisasi-organisasi Melayu. Maka, pada tanggal 1-4 Maret 1946, diselenggarakanlah Kongres Melayu pertama di Kuala Lumpur. Tiga hal penting yang dihasilkan kongres ini adalah: (1) mendirikan Pertumbuhan Kebangsaan Bersatu (Pekembar) atau yang lebih dikenal dengan nama UMNO (United Malays National Organization), (2) menolak pembentukan Malayan Union, dan (3) merencanakan dan menyusun sistem pendidikan untuk anak-anak Melayu agar lebih lancar. Dalam kongres tersebut, PKMM termasuk partai politik Melayu yang ikut memprakarsai berdirinya UMNO.[4]
Sebagai salah satu organisasi pemrakarsa berdirinya UMNO, PKMM juga kemudian masuk dan tergabung ke dalam UMNO. Perjuangan kedua organisasi ini membuahkan hasil yang baik. Setelah pertemuan bulan Juni 1946 antara delegasi Inggris yang diwakili Malcolm MacDonald dan Edward Gent, dan wakil rajaraja Melayu dan wakil UMNO, pihak Inggris kemudian memutuskan, sejak 1 Juli 1946, Konstitusi Malayan Union dinyatakan tidak berlaku lagi. Dengan demikian, pembentukan Malayan Union pun, dibatalkan.
Betapapun apa yang diperjuangkan UMNO--PKMM itu sudah memperlihatkan hasil yang baik, dalam perkembangannya kemudian, terjadi perpecahan mengingat cara-cara perjuangan kedua organisasi itu berbeda. PKMM sejak awal melaksanakan perjuangan secara radikal. Slogan perjuangannya yang terkenal: Merdeka dengan Darah" atau "Keras lawan Keras, Senjata lawan Senjata" menunjukkan bahwa perjuangan yang dilakukan PKMM, non-kooperatif, jika perlu dengan mengangkat senjata dan pertumpahan darah. Tujuan perjuangannya adalah Malaya segera memperoleh kemerdekaan sepenuhnya. Dasar perjuangan UMNO berbeda dengan PKMM, walaupun tujuan akhirnya sama, yaitu mencapai kemerdekaan Tanah Melayu. UMNO melihat bahwa usaha mendirikan Malaya merdeka dirasakan terlalu awal, karena, menurut Dato Onn, orang Melayu belum cukup terlatih untuk mengurusi sebuah negara yang merdeka. Di samping itu, perjuangan UMNO yang bersifat kooperatif, justru bertentangan dengan perjuangan PKMM yang non-kooperatif. Dasar perjuangan PKMM yang bertolak belakangan dengan dasar perjuangan UMNO adalah usahanya untuk menghilangkan atau sekurang-kurangnya membatasi kekuasaan golongan bangsawan Melayu, sementara UMNO justru lahir dan mendapat dukungan golongan bangsawan. Di samping itu, perjuangan PKMM yang berkeinginan menjadikan Tanah Melayu sebagai sebuah negara republik dan menjadi bagian dari Negara Republik Indonesia Raya, banyak ditolak pula oleh organisasi Melayu lainnya.[5]
Perbedaan dasar perjuangan itu akhirnya membawa perpecahan. PKMM menyatakan keluar dari UMNO dan kemudian melakukan perjuangan sendiri dengan membentuk PUTERA, 22 Februari 1947; sebuah organisasi gabungan beberapa organisasi politik keras yang sebagian berhaluan kiri, antara lain, Angkatan Muda Insaf (API), Angkatan Wanita Sedar (AWAS), Hisbul Muslimin (Islam), Gerakan Muda (GERAM), dan beberapa organisasi kecil lainnya. Belakangan, ketika beberapa organisasi kiri non-Melayu membentuk sebuah organisasi gabungan yang bernama All Malayan Council of Joint Action (AMCJA) yang dipimpin Tan Cheng Lock, PUTERA juga menyusun kerja sama dengan organisasi ini. Setelah itu, tuntutan-tuntutan kepada Inggris agar Malaya segera memperoleh kemerdekaan, terus dilakukan dengan gencar.[6]
Melihat kegentingan tersebut maka Inggris memberlakukan undang-undang darurat, 12 Juli 1948 yang berisikan pembubaran seluruh organisasi ardikal termasuk di dalamnya PUTERA. PKMM dan AMCJA. Sejak pembubaran organisasi-organisasi itu, UMNO tampil mengisi kekosongan, karena UMNO-lah satusatu organisasi politik yang mendapat restu pemerintah Inggris. Dalam perkembangannya, perjuangan UMNO mulai berubah, terutama setelah Tunku Abd. Rahman menjadi Ketua UMNO. Perjuangannya kemudian tidak hanya untuk kepentingan golongan Melayu, tetapi juga golongan non-Melayu serta tetap berusaha memperoleh kemerdekaan dari tangan Inggris. Belakangan, setelah UMNO membentuk Partai Perikatan, yang merupakan koalisi dari UMNO, Malayan Chinese Association (MCA) dan Malayan Indies Congres (MIC). Perjuangan UMNO tidaklah sia-sia. Setelah Pemilu pertama, 31 Juli 1955, Partai Perikatan yang didominasi UMNO, memperoleh kemenangan gemilang. Tunku Abd. Rahman kemudian menjadi Ketua Menteri Pertama untuk tanah Melayu mulai 31 Juli 1957. Sebulan kemudian, Persekutuan Tanah Melayu memperoleh kemerdekaannya, 31 Agustus 1957.[7]

B.     Gerakan Islam Melayu Baru
Tanah Melayu mencapai kemerdekaan pada tahun 1957, Tuanku Abdul Rahman selaku pemimpin tertinggi UMNO yang kedua secara automatik memimpin kerajaan Perserikatan/Persemakmuran bersama dengan barisan kepimpinan bangsa-bangsa yang lain. Selaku kerajaan yang baru saja dibentuk, maka sudah tentulah mereka menghadapi pelbagai masalah yang menggugat kerajaan mereka. Proses peralihan perjuangan PAS (Persatuan Islam Se-Tanah Melayu) sebagai sebuah parti politik nasionalis yang mempunyai nilai Islam kepada sebuah partai politik yang mempunyai konsep kebersamaan dan benar-benar menjadikan Islam sebagai dasar perjuangan. Ini berlaku seiring dengan pelbagai peristiwa-peristiwa yang berlaku di Malaysia. Kronologinya secara umum dirumuskan seperti berikut :
1.      1963: Pembentukan Malaysia menyatukan Singapura, Sabah dan Sarawak. PAS yang masih merupakan partai politik nasionalis bercorak Islam mengambil sikap menentang yang sederhana.
2.      1963: Ideologi perjuangan Ikhwanul Muslimin mulai masuk ke dalam PAS. Di bawah pimpinan Prof Zulkifli Muhammad, PAS menghantar Haji Yusuf Rawa, AJK PAS Pusat ke Timur Tengah untuk memperkenalkan PAS sebagai sebuah gerakan Islam. Dialog demi dialog diadakan khususnya dengan pimpinan Ikhwan.
3.      1964: PAS di bawah Prof Zulkifli menghantar sepuluh orang pelajar-pelajar Malaysia yang pertama untuk melanjutkan pelajaran ke Iraq. Dengan tujuan adalah persediaan awal untuk melahirkan satu generasi perjuangan yang berlainan dengan generasi yang sudah ada.
4.      1964: Prof Zulkifli Muhammad meninggal dunia dalam satu kemalangan. Tidak lama selepas itu, PAS kehilangan pula Dr. Burhanuddin. Seterusnya, PAS dipimpin oleh Dato’ Asri. Kepimpinan beliau dikatakan semakin mengukuhkan lagi semangat ideologi kebangsaan Melayu dari dasar resmi PAS yaitu Islam. Oleh yang demikian, PAS seterusnya benar-benar tidak dikenali sebagai gerakan Islam.
5.      1968: Al-Arqam diprakarsai oleh Ashaari Muhammad. Dalam satu jangka masa yang panjang, ia mewujudkan satu skenario yang benar-benar tidak disangka.
6.      1969: Pelantikan beberapa orang ustaz-ustaz muda ke jawatan penting khususnya Ustaz Hassan Shukri yang baru saja pulang dari Iraq. Beliau terus dilantik sebagai Ketua Pemuda PAS Pusat. Beliau dan rakan-rakannya mula memerkenalkan konsep tarbiyyah ala Ikhwan. Pada masa tersebut, bermulalah secara rasmi apa yang dinamakan ‘pertembungan dalaman’ antara pimpinan yang sedia ada dengan ahli peringkat bawahan yang mehukan pembaharuan dalam halatuju perjuangan PAS.
7.      1969: kerusuhan di Kuala Lumpur akibat rasa tidak puas hati akibat jurang perbedaan ekonomi antara kaum. PAS khususnya tidak melihat ini sebagai peluang untuk menyerang habis-habisan pihak kerajaan akibat kegagalan mereka membina perpaduan kaum.
8.      1971: Pendirian Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM). Ia sebenarnya ialah alternatif kepada golongan muda yang benar-benar mau merealisasikan tuntutan perjuangan Islam ala Ikhwan. Pemikiran Sayyid Quthb yang sebelum ini berkisar di kalangan ahli-ahli PAS mula diambil alih oleh ABIM. Penubuhan ABIM sebenarnya banyak dipelopori oleh bekas tokoh-tokoh pelajar yang radikal seperti Anwar Ibrahim, Kamaruddin Mohd Noor, Razali Nawawi, Sidiq Fadhil dan lain-lain. Ia juga turut menarik golongan ‘ustaz muda’ seperti Haji Abdul Hadi, Abdul Ghani Shamsuddin dan Fadhil Nor. Secara tidak langsung, ABIM sebenarnya dilihat sebagai wadah terbaik bagi meneruskan kesinambungan perjuangan Islam di Malaysia pada masa itu. Ini disebabkan oleh imej UMNO sebagai ultra-sekular dan imej PAS yang masih dilihat sebagai nasionalis sukar untuk diterima oleh golongan muda.
9.      1973: Penyertaan PAS ke dalam Barisan Nasional ekoran pelawaan yang dibuat oleh Presiden UMNO ketika itu, Tun Abdul Razak di atas nama perpaduan Melayu. Polemik yang dicetuskan oleh ‘langkah merbahaya’ PAS ini telah memperhebatkan lagi pergolakan dalaman yang telah sedia wujud sebelum ini. Walaupun PAS masih mengekalkan dasar rasminya iaitu Islam, namun ia tidak lebih sebagai retorik ekoran pengiktirafan PAS terhadap pendekatan UMNO/BN pada masa itu. Penyertaan PAS ke dalam BN juga secara tidak langsung juga menyebabkan ramai tenaga muda menjadikan ABIM sebagai pilihan utama.
10.  1974: Anwar Ibrahim memimpin demonstrasi besar-besaran pelajar di Baling bagi memperjuangkan isu kemiskinan. Beliau selanjutnya memulai kancah politik Malaysia dengan  dasar Islam dan radikal.[8]

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Lutfi Othman, (2009), Wajah Baru Politik Malaysia, Jakarta: Kalam Mulia.
D.G.E. Hall, (2005),  Sejarah Asia Tenggara, Jakarta: Raja GrafindoPersada.
http://ms.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Malaysia, diakses tanggal 5 April 2011.
Kamaruzzaman Abd. Kadir, (1982), Nasionalisme dalam Puisi Melayu Modern: 1933--1957, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.


[1]Kamaruzzaman Abd. Kadir, Nasionalisme dalam Puisi Melayu Modern: 1933--1957, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1982), hlm. 14.
[3]Ibid.
[4]D.G.E. Hall, Sejarah Asia Tenggara, (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2005), hlm. 1023.
[5]Ibid., hal. 1025-1027.
[7]Ibid.
[8]Ahmad Lutfi Othman, Wajah Baru Politik Malaysia, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), hal. 18.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar