Senin, 12 September 2011

TOKOH-TOKOH SOSIOLOGI 2


GEORGE SIMMEL
A. Asal Dan Silsilah George Simmel
Simmel adalah seorang filosof dan sosiolog dari Jerman yang lahir di pusat kota Berlin pada tanggal 1Maret 1858, anak dari 7 bersaudara. Ayahnya adalah pengusaha sukes dari Yahudiyang beraliran katolik, sedangkan ibunya mengkonversi ke aliran protestan. Ayahnya meninggal saat Simmel masih muda, lalu Julius Friedlander ditunjuk sebagai walinya. Friedlander adalah teman dari keluarga Simmel dan pendiri penerbit internasional.
B. Latar Belakang Pendidikan
Julius meninggalkan kekayaan untuk Simmel yang dapat digunakannya untuk bersekolah hingga sarjana. Setelah lulus dari kuliah gymnasium, ia mempelajari sejarah dan filsafat di Universitas of Berlin dengan tokoh lain dan memperoleh gelar doctor filsafat pada tahun 1881 ( dengan tesisnya, “The Neture of Master Accordig to Kart’s Physical Monocologi” ). Ia tetap di Universitas Berlin hingga selesai kuliah, tidak seperti mahasiswa lain yang gemar berpindah-pindah. Karena itu ia menjadi privat dozen (1901) dan diangkat menjadi Profesor Ausserordentliche oleh pemilik akademi. Dan sejak saat itu, ia mulai produktif terhadap karya-karya dan terkenal hingga USA dan Eropa.
C. Pendapat Simmel Tentang Sosiologi
Menurut Simmel, sosiologi adalah:
v Sosiologi adalah ilmu pengetahuan khusus yang merupakan satu-satunya ilmu analisis yang abstrak diantara semua ilmu kemasyarakatan.
v Secara spesifik sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kedinamisan bentuk proses kebudayaan yang menekankan hubungan interaksi social antar individu atau antar masyarakat dimana keduanya adalah unsure yang saling ketergantungan dan saling mempengaruhi.
D. Pokok-Pokok Ajaran Simmel
a. Penekanan pada interaksi social bidang mikrososiologi dan dinamika kelompok, tipe-tipe proses social dan analisa konseptual terhadap masyarakat.
b. Mikrososiologi adalah ilmu yang mempelajari stuktur social termasuk perubahan-perubahan social dan masalah social tentang analisa mikro.
E. Hasil Karya Simmel
Selama hidunya, Simmel menerbitkan 22 buku yang terdiri atas 200 esay dan dan artikel. Diantaranya:
Philosophie des Geldes (1900)
Soziologie (1908)
Uber Soziale Differenzing: Soziologie Undpsykologische Untersuchungen, Leipzig (1890)
Probleme der Geschichtsphilosopie: Eine Erkenntnistheoretische Studie, Leipzig (1892)
Hauptprobleme der Phiosophie (1910)
Philosophische Cultur (1911)
Lebesanschauung (1918)
Concerning Social Differentiation (1890)
Conflict of Modern Cultur (1918)
F. Pemusatan Pandangan Tentang Sosiologi
Dalam bidang sosiologi, pusat perhatiannya terarah pada proses interaksi yang dianggapnya sebgai ruang lingkup primer sosiologi dan perkembangannya. Selanjutnya ia menyelidiki masalah solidaritas dan konflik yang dikaitkannya dengan besar kecilnya kelompok. Simmel berpandangan bahwa muncul dan berkembangnya kepribadian seseorang tergantung pada jaringan hubungan social yang dimilikinya yaitu pada keanggotaan kelompoknya.
GEORGE SIMMEL
George Simmel lahir sebagai anak bungsu dari 7 bersaudara pada 1 Maret 1858 di Berlin. Ayahnya seorang pengusaha yahudi yang baik yang beralih ke agama kristen dan meninggal ketika George masih muda, yang kekurangan dasar keluarga yang kuat.
Simmel sekolah di Universitas Berlin dan menerima gelar doktornya di tahun 1881. pengetahuannya mengenai medan dari sejarah, filsafat, ilmu jiwa, dan ilmu social. Pada tahun 1885 dia kembali sebagai penceramah yang tak di bayar di Universitas Berlin, mengajar kursus pada ilmu logika, dan sejarah dari filsafat, etika, ilmu jiwa, dan sosiologi. Pada 1890 Simmel menikahi seorang wanita bernama Gertrud, seorang filsafat yang terkenal dengan nama samaran Marie-Luise Enkendorf. Pada tahun 1903 Universitas Berlin memberi Simmel sebuah gelar kehormatan untuk meletakannya diatas level yang tidak membayar uang kuliah dan mengikutkannya di urusan komunitas akademi.
Simmel dikenal baik sebagai lelaki berotak encer dengan sebuah bakat luar biasa di kuliah. Ironisnya ketika Simmel menerima jabatan maha guru penuh di University of Strasbourg pada tahun 1914 dia merampas hampir semua waktu kulih untuk para mahasiswa dan mengubah balai kota menjadi rumah sakit militer karena itu pemberontakan dari berperang. Simmel mati dari pertengahan penyakit hati pada 20 September 1918, dengan singkat sebelum meninggal dari perang.
Simmel adalah penulis yang sangat profilik, dengan lebih dari 200 artikel ditulisnya. Dia juga menulis 20 buku mengenai filosofi, etika, dan sosiologi dan kebudayaan. Meskipun dia banyak menerbitkan, Simmel instansi yang cocok dari pengetahuan atau teori dan oleh karena itu dia tidak membuat sekolah untuk gagasan. Simmel mengutamakan konstribusi untuk sosiologi, dirinya sengaja bergabung di organisasi teori dari comte dan spencer. Simmel maju ke masyarakat yang bergantung pada jaringan yang lebih dari satu relasi diantara individu dan tetap berinteraksi dengan yang lainnya.
Beberapa pekerjaan utama yang lainnya:
Ø Perbedaan sosial (1890)
Ø Masalah dari filsafat sejarah (1893)
Ø Pengenalan untuk ilmu etika (1893)
Ø Filsafat uang (1900)
Ø Sosiologi : investasi pada bentuk sosial (1908)
Ø Dasar pertanyaan dari sosiologi (1917)
IBNU KHALDUN (1332-1406 )
A. Latar Belakang Pendidikan Ibnu Khaldun
Seorang sarjana sosiologi dari Italia, Gumplowiez melalui penelitiannya yang cukup panjang, berpendapat, ”Kami ingin membuktikan bahwa sebelum Auguste Comte (1798-1857M) dan Giovani Vico (1668-1744M) telah datang seorang muslim yang tunduk pada ajaran agamanya. Dia telah mempelajari gejala-gejala sosial dengan akalnya yang cemerlang. Apa yang ditulisnya itulah yang kini disebut sosiologi. (Gumplowiez, Ibnu Khaldun, Arabischersoziologe des 14 jahrundert. Dalam ‘Sociologigsche Essays:PP.201-202).
Sejarawan dan Bapak Sosiologi Islam ini dari Tunisia. Ia keturunan Yaman dengan nama lengkapnya Waliuddin bin Muhammad bin Abi Bakar Muhammad bin Al Hasn. Namun ia lebih dikenal dengan nama Ibnu Khaldun. Keluarganya berasal dari Hadramaut (kini Yaman) dan silsilahnya sampai pada seorang sahabat Nabi Muhammad Nabi Muhammad SAW. bernama Wail bin Hujr dari kabilah Kindah, salah seorang cucu Wail, Khalid bin Usman, memasuki daerah Andalusia bersama orang-orang arab penakluk pada tahun ke-3 H(9 M). Anak cucu Khalid bin Usman membentuk satu keluarga besar bernama Bani Khaldun, dari bani inilah asal nama Ibnu Khaldun.
Ia lahir di Tunisia pada tanggal 27 Mei 1332 M (1 Ramadhan 732 H), tetapi sebenarnya ia dari Seville,Spanyol. Sejak kecil, ia sudah hafal Al-Qur’an. Di tanah kelahirannya itu ia mempelajari syari’at (tafsir, hadits, tauhid, fiqih) fisika dan matematika. Saat itu Tunisia telah menjadi pusat perkembangan ilmu di Afrika Utara.
Sejak usia muda,ia sudah mengikuti kegiatan politik praktis. Situasi politik yang tidak menentu di Tunisia, menyebabkan Ibnu Khaldun melakukan pengembaraan dari Maroko sampai Spanyol. Pada tahun 1375, beliau pindah ke Granada, Spanyol. Karena keadaan politik Granada tidak stabil ia menetap di Qal’at Ibnu Salamah di daerah Tilmisan,ibukota Maghrib Tengah (Aljazair) dan meninggalkan dunia politik praktis.
Tahun 746 H, studinya terhenti akibat terjangkitnya penyakit Pes di sebagian besar belahan dunia bagian timur dan bagian barat. Banyak korban akibat dari penyakit yang sedang melanda itu. Karena situasinya berubah, akhinya Ibnu Khaldun mencari kesibukan kerja serta mengikuti jejak kakeknya untuk terjun ke dunia politik. Berkat komunikasinya dengan tokoh-tokoh dan ulama terkemuka setempat telah banyak membantunya mencapai jabatan tinggi.
B. Pemikiran Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun mengemukakan pemikiran baru yang menyatakan bahwa sistem sosial manusia dapat berubah seiring dengan kemampuan pola berpikir mereka, keadaan muka bumi di sekitar mereka, pengaruh iklim, makanan, emosi serta jiwa manusia itu sendiri.
Beliau juga berpendapat bahwa pola pemikiran masyarakat berkembang secara bertahap yang dimulai dari tahap primitif, pemilikan, peradaban, kemakmuran dan kemunduran (keterpurukan). Pemikiran Ibnu Khaldun dikagumi oleh tokoh sejarah keturunan Yahudi, Prof. Emeritus, Dr. Bernerd Lewis yang mengukuhkan tokoh ilmuwan itu sebagai ahli sejarah arab yang hebat pada abad pertengahan.
Felo Amat Utama Akademik Institut Antarbangsa Pemikiran dan Ketamadunan (ISTAC), University Islam Antarbangsa Malaysia (UIAM), Muhammad Uthman El-Muhammady juga melihat pendekatan (pemikiran) Ibnu Khaldun secara mendunia.
Karya Ibnu Khaldun yang menakjubkan (Mukaddimah) membuat beliau mendapat gelar Prolegomena atau pengenalan pada berbagai ilmu perkembangan kehidupan manusia di kalangan ilmuwan barat. Dari situ, Ibnu Khaldun mengutarakan pandangannya untuk memperbaiki kesalahan dalam kehidupan, menjadikan karya beliau seperti ensiklopedia yang mengisahkan berbagai perkara dalam kehidupan sosial manusia.
Kajian yang dilakukan Ibnu Khaldun tidak hanya mencakup kisah kehidupan masyarakat saat itu, tetapi juga merangkum sejarah umat terdahulu. Selain sebagai ilmuwan dalam bidang ilmu sosial, Ibnu Khaldun mampu menjalankan tugas dengan baik saat dilantik sebagai kadi (wali agama) ketika menetap di Mesir. Kebijaksanaan beliau mendorong Sultan Burquq yaitu Sultan Mesir pada waktu itu, memberi gelar Waliuddin kepada Ibnu Khaldun.
Ibnu Khaldun juga memajukan konsep ekonomi, perdagangan, kebebasan, beliau terkenal karena hasil kerjanya dalam bidang sosiologi, astronomi, numerologi, kimia serta sejarah. Beliau berpendapat bahwa tugas kerajaan hanya mempertahankan rakyatnya dari kejahatan, melindungi harta rakyat, memberantas penipuan dalam perdagangan dan mengurus pemasukan kas negara (upeti/ pajak).
Pemerintah juga melaksanakan kepemimpinan politik yang bijaksana dengan keterpaduan sosial dan kekuasaan tanpa adanya paksaan.
Dari segi ekonomi, Ibnu Khaldun memajukan teori nilai dan keterkaitan hubungan dengan tenaga kerja, mengenalkan pembagian kerja, membantu pemasaran terbuka,menyadari kesan dinamik permintaan dan modal penjualan serta keuntungan.
Wacana atau pemikiran Ibnu Khaldun juga diterapkan dalam kehidupan masyarakaat modern yang ingin mengimbangi pembangunan fisik dan spiritual. Secara teori,ilmu itu dikaitkan dengan persoalan manusia dalam masyarakat dan para ahli sosiologi berharap ilmu itu dapat menjalin keterpaduan serta membentuk pembenahan krisis moral yang dihadapi masyarakat saat ini.
Walaupun istilah sosiologi ditemukan oleh tokoh sosiologi kelahiran Perancis abad ke 19 yaitu Auguste Comte, tetapi kajian mengenai kehidupan sosial manusia sudah diurai oleh Ibnu Khaldun dalam kitabnya Mukaddimah, 500 tahun lebih awal, pada usianya 36 tahun.
C. Karya-karya Ibnu Khaldun
Sebagai sejarawan dan filsuf, ia memusatkan perhatiannya pada kegiatan menulis dan mengajar. Saat itulah karya besar lahir dari tangannya, yaitu :
1. Sebuah kitab Al-Ibrar wa Diwan Al-Mubtada’ wa Al-Khabar fi Ayyamal Al-‘Arab wa Al-Ajam wa al-Barbar atau yang sering disebut Al-Ibrar (Sejarah Umum), terbitan Kairo tahun 1284. Kitab ini terdiri atas 7 jilid yang berisi tentang kajian sejarah yang didahului oleh Muqaddimah (jilid I), yang berisi tentang pembahasan masalah-masalah sosial manusia.
2. Muqaddimah (yang sebenarnya merupakan pembuka kitab Al-Ibrar) popularitasnya melebihi kitab itu sendiri. Muqaddimah membuka jalan menuju pembahasan ilmu-ilmu sosial. Menurut pendapatnya, politik tidak bisa dipisahkan dari kebudayaan, dan masyarakat dibedakan atas masyarakat desa (hadarah) dan kota (badawah). Oleh karena itu Ibnu Khaldun dianggap sebagai peletak dasar ilmu-ilmu sosial dan politik Islam.
3. Sejumlah kitab yang bernilai tinggi diantaranya At-Ta’rif bi Ibn Khaldun (autobiografi, catatan dan kitab sejarahnya) dan kitab teologi yaitu Lubabal Al-Muhassal Afkar Usul Ad-Din (ringkasan dari kitab Muhassal Afkar Al-Muttaqaddimin wa Al-Muta’akhirin karya Imam Fakhrudi Ar-Razi dan memuat pendapatnya tentang masalah teologi).
D. Pengertian Sosiologi
Dalam Muqaddimah ini pula Ibnu Khaldun menampakkan diri sebagai ahli sosiologi dan sejarah. Menurutnya sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang solidaritas sosial. Teori pokoknya dalam sosiologi umum dan politik adalah konsep ashabiyah (solidaritas sosial). Asal-usul solidaritas sosial adalah ikatan darah yang disertai kedekatan hidup bersama. Hidup bersama juga dapat mewujudkan solidaritas yang sama kuat dengan ikatan darah. Menurutnya, solidaritas sosial sangat kuat terlihat dalam masyarakat pengembara, karena corak kehidupan mereka yang unik dan kebutuhan mereka untuk saling membantu. Relevansi teori ini misalnya dapat ditemukan pada teori-teori tentang konsiliasi kelompok-kelompok sosial dalam menyelesaikan konflik tantangan tertentu. Relevansi teori Khaldun, misalnya juga dapat ditemukan dalam teori Ernest Renan tentang kelahiran bangsa. Tantangan yang dihadapi masyarakat pengembara dalam teori Khaldun tampaknya,meski tidak semua, paralel dengan “kesamaan sejarah” embrio bangsa dalam teori Ernest Renan. Kebutuhan untuk saling membantu mengatasi tantangan ini juga me miliki relevansi dalam kajian psikologi sosial terutama berkenaan dengan kebutuhan untuk mengikatkan diri dengan borang lain atau kelompok sosial yang lazim disebut afiliasi.
William Fielding Ogburn
A. Latar Belakang
William Fielding Ogburn lahir di Butler, Georgia pada tanggal 29 Juni 1886. Setelah beliau lulus dari Universitas Penyalur Tekstil, Georgia pada tahun 1905, beliau menginginkan untuk memasuki pekerjaan professional. Ogburn kemudian memulai studinya pada bidang sosiologi. Beliau adalah seorang profesor sosiologi di sebuah Perguruan Tinggi di Portland, Oregon. Selama 4 tahun beliau berda di sana. Kemudian beliau kembali ke Universitas Columbia. Pada tahun 1927, Ogburn dipanggil ke Chicago untuk mengajar pada sebuah Perguruan Tinggi. Beliau menerima gelar akademis kehormatan LL.D dari almamaternya dan juga dari Universitas Carolina Utara.
W.F. Ogburn merupakan ilmuwan pertama yang melakukan penelitian terinci mengenai proses perubahan yang sebenarnya terjadi. Beliau telah mengemukakan beberapa teori, suatu yang terkenal mengenai perubahan dalam masyarakat yaitu “ Cultural Lag” (artinya ketinggalan kebudayaan) adalah perbedaan antara tarif kemajuan dari berbagai bagian dalam kebudayaan dari suatu masyarakat. Ogburn berusaha untuk menunjukkan perbedaan-perbedaan antara teori biologis dengan berbagai teori evolusi tanpa mengesampingkan konsep evolusi secara menyeluruh.
W.F. Ogburn akhirnya meninggal di Tallahassee, Florida pada tanggal 27 April 1959.
B. Pengertian Sosiologi
Menurut William Fielding Ogburn, Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasil yang sebenarnya yaitu organisasi sosial. Beliau berusaha memberikan pengertian tertentu, walaupun beliau tidak memberi definisi tentang perubahan sosial. Beliau berpendapat bahwa ruang lingkup perubahan social mencakup unsur kebudayaan yang materiil dan immaterial, dengan menekankan pengaruh yang besar dari unsur-unsur kebudayaan yang materiil terhadap unsur-unsur immaterial.
C. Ajaran-Ajaran Pokok
Beliau berpendapat bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan suatu kebudayaan adalah :
1. Discovery (penemuan-penemuan)
Ogburn mengemukakan ada sebanyak 150 perubahan sosial yang disebabkan oleh adanya radio.
2. Invensi
Ogburn mencatat ada 148 invensi atau penemuan semacamnya. Tiga bentuk efek dari invensi yaitu :
a) Dispensasi (efek beruntung) dari sebuah invensi mekanik
b) Sukses (efek sosial) lanjutan dari sebuah invensi
c) Konvergensi (munculnya beberapa pengaruh dari beberapa invensi secara bersama
3. Difusi
Yaitu penyebaran unsur-unsur budaya dari suatu kelompok ke kelompok lainnya.
4. Akumulasi
5. Penyesuaian
D. Hasil Karya (1886-1959)
W.F. Ogburn menemukan penemuan baru yang dinamakan “ Social Invention” yaitu penciptaan penegelompokkan dari individu-individu yang baru atau penciptaan adat-istiadat baru, maupun perilaku sosial yang baru.
v “ Sosial Change with respect to culture and original nature ” 1992
v “ American Marriage and family relationship “ (dengan gorves) 1928
v “ Sosial Characters Stics of City “ 1937
v “ The Social Effect of Autation “ 1946
v “ Technology and the changing family “ (dengan nirmkoff) 1953
http://anita09091968.wordpress.com/2009/05/04/tokoh-tokoh-sosiologi/

peran orang tua terhadap pendidikan anaknya

Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga masyarakat dan pemerintah. Sehingga orang tua tidak boleh menganggap bahwa pendidikan anak hanyalah tanggung jawab sekolah.
Pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk membina  kepribadiannya agar sesuai dengan norma-norma atau aturan di dalam masyaratakat. Setiap orang dewasa di dalam masyarakat dapat menjadi pendidik, sebab pendidik merupkan suatu perbuatan sosial yang mendasar untuk petumbuhan atau perkembangan  anak didik menjadi manusia yang mampu berpikir dewasa dan bijak.
Orang tua sebagai lingkungan pertama dan utama dimana anak berinteraksi sebagai lembaga pendidikan yang tertua, artinya disinilah dimulai suatu proses pendidikan.  Sehingga orang tua berperan sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Lingkungan keluarga juga dikatakan lingkungan yang paling utama, karena sebagian besar kehidupan anak di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima anak adalah dalam keluarga. Menurut Hasbullah (1997), dalam tulisannya tentang dasar-dasar ilmu pendidikan, bahwa keluarga sebagai lembaga pendidikan memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi dalam perkembangan kepribadian anak  dan  mendidik anak dirumah; fungsi keluarga/orang tua dalam mendukung pendidikan di sekolah.
Fungsi keluarga dalam pembentukan kepribadian dan mendidik anak di rumah:
  • sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
  • menjamin kehidupan emosional anak
  • menanamkan dasar pendidikan moral anak
  • memberikan dasar pendidikan sosial
  • meletakan dasar-dasar pendidikan agama
  • bertanggung jawab dalam memotivasi dan mendorong keberhasilan anak
  • memberikan kesempatan belajar dengan mengenalkan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi   kehidupan kelak sehingga ia mampu menjadi manusia dewasa yang mandiri.
  • menjaga kesehatan anak sehingga ia dapat dengan nyaman menjalankan proses belajar yang utuh.
  • memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat dengan memberikan pendidikan agama sesuai ketentuan Allah Swt, sebagai   tujuan akhir manusia.
Fungsi keluarga/ orang tua dalam mendukung pendidikan anak di sekolah :
  • orang tua bekerjasama dengan sekolah
  • sikap anak terhadap sekolah sangat di pengaruhi oleh sikap orang tua terhadap sekolah, sehingga sangat dibutuhkan   kepercayaan orang tua terhadap sekolah  yang menggantikan tugasnya selama di ruang sekolah.
  • orang tua harus memperhatikan  sekolah anaknya, yaitu dengan memperhatikan pengalaman-pengalamannya dan   menghargai segala usahanya.
  • orang tua menunjukkan kerjasama dalam menyerahkan cara belajar   di rumah, membuat pekerjaan rumah dan memotivasi   dan membimbimbing anak dalam belajar.
  • orang tua bekerjasama dengan guru untuk mengatasi kesulitan belajar anak
  • orang tua bersama anak mempersiapkan jenjang pendidikan yang akan dimasuki dan mendampingi selama menjalani   proses belajar di lembaga pendidikan.
Untuk dapat menjalankan fungsi tersebut secara maksimal, sehingga orang tua harus memiliki kualitas diri yang memadai, sehingga anak-anak akan berkembang sesuai dengan harapan. Artinya orang tua harus memahami hakikat dan peran mereka sebagai orang tua dalam membesarkan anak, membekali diri dengan ilmu tentang pola pengasuhan yang tepat, pengetahuan tentang pendidikan yang dijalani anak, dan ilmu tentang perkembangan anak, sehingga tidak salah dalam menerapkan suatu bentuk pola pendidikan terutama dalam pembentukan kepribadian anak yang sesuai denga  tujuan pendidikan itu sendiri untuk mencerdasakan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Pendampingan orang tua dalam pendidikan anak diwujudkan dalam suatu cara-cara orang tua mendidik anak. Cara orang tua mendidik anak inilah yang disebut sebagai pola asuh. Setiap orang tua berusaha menggunakan cara yang paling baik menurut mereka dalam mendidik anak. Untuk mencari pola yang terbaik maka hendaklah orang tua mempersiapkan diri dengan beragam pengetahuan untuk menemukan pola asuh yang tepat dalam mendidik anak.
1. POLA ASUH OTORITATIVE (OTORITER)
  • Cenderung tidak memikirkan apa yang terjadi  di kemudian hari ,fokus lebih pada masa kini.
  • Untuk kemudahan orang tua dalam  pengasuhan.
  • Menilai dan menuntut anak untuk mematuhi standar mutlak yang ditentukan sepihak oleh orang tua.
Efek pola asuh otoriter terhadap perilaku belajar anak :
  • anak menjadi tidak percaya diri, kurang spontan  ragu-ragu dan pasif, serta memiliki masalah konsentrasi dalam   belajar.
  • Ia menjalankan tugas-tugasnya lebih disebabkan oleh takut hukuman.
  • Di sekolah memiliki kecenderungan berperilaku antisosial, agresif, impulsive dan perilaku mal adatif lainnya.
  • Anak perempuan cenderung menjadi dependen
2. POLA ASUH PERMISIVE (PEMANJAAN)
• Segala sesuatu terpusat pada kepentingan anak, dan orang tua/pengasuh tidak berani menegur, takut anak menangis   dan khawatir anak kecewa.
Efek pola asuh permisif terhadap perilaku belajar anak  :
  • Anak memang menjadi tampak responsif dalam belajar, namun tampak kurang matang (manja), impulsive dan   mementingkan diri sendiri, kurang percaya diri (cengeng) dan mudah menyerah dalam menghadapi hambatan atau   kesulitan dalam tugas-tugasnya.
  • Tidak jarang perilakunya disekolah menjadi agresif.
3. POLA ASUH INDULGENT (PENELANTARAN)
  • Menelantarkan secara psikis.
  • Kurang memperhatikan perkembangan psikis anak.
  • Anak dibiarkan berkembang sendiri.
  • Orang tua lebih memprioritaskan kepentingannya sendiri karena kesibukan.
Efek pola asuh indulgent terhadap perilaku belajar anak :
  • Anak dengan pola asuh ini paling potensial telibat dalam kenakalan remaja seperti penggunaan narkoba,  merokok   diusia dini dan tindak kriminal lainnya.
  • Impulsive dan agresif serta kurang mampu berkonsentrasi pada suatu aktivitas atau kegiatan.
  • Anak memiliki daya tahan terhadap frustrasi rendah.
4. POLA ASUH AUTORITATIF (DEMOKRATIS)
  • Menerima anak sepenuh hati, memiliki wawasan kehidupan masa depan yang dipengaruhi oleh tinakan-tidakan masa   kini.
  • Memprioritaskan kepentingan anak, tapi tidak ragu-ragu mengendalikan anak.
  • Membimbing anak kearah kemandirian, menghargai anak yang memiliki emosi dan pikirannya sendiri
  • Efek pola asuh autoritatif terhadap perilaku belajar anak:
  • Anak lebih mandiri, tegas terhadap diri sendiri dan memiliki kemampuan introspeksi serta pengendalian diri.
  • Mudah bekerjasama dengan orang lain dan kooperatif terhadapo aturan.
  • Lebih percaya diri akan kemampannya menyelesaikan tugas-tugas.
  • Mantap, merasa aman dan menyukai serta semangat dalam tugas-tugas belajar.
  • Memiliki keterampilan sosial yang baik dan trampil menyelesaikan permasalahan.
  • Tampak lebih kreatif dan memiliki motivasi berprestasi.
Menyepakati pola asuh yang paling efektif dalam keluarga adalah penting, karena pola asuh pada tahun-tahun awal kehidupan seseorang akan melandasi kepribadiannya dimasa datang. Perilaku dewasa dan ciri kepribadian  dipengaruhi oleh berbagai peristiwa yang terjadi  selama tahun-tahun awal kehidupan, artinya antara masa anak dan dewasa memiliki hubungan berkesinambungan.
Dengan mengetahui bagaimana pengalaman membentuk seorang individu, akan menjadikan kita lebih bijaksana dalam membesarkan anak-anak kita. Banyak masalah yang dihadapi disekolah  (agresi, ketidakramahan, negativistik, dan beragam gangguan kesulitan belajar) mungkin dapat dihindari bila kita lebih memahami perilaku anak dan sikap orang tua mempengaruhi anak-anaknya, serta bagaimana menanganinya pada usia dini.
Sebagai orang tua perlu mengetahui tugas-tugas perkembangan anak pada tiap usianya, untuk mempermudah penerapan pola pendidikan dan mengetahiu kebutuhan optimalisasi perkembangan anak .
  • Tugas perkembangan adalah suatu tugas yang muncul pada saat atau suatu periode tertentu yang jika berhasil akan   menimbulkan rasa bahagia dan membawa kearah keberhasilan dalam melaksanakan tugas berikutnya, tetapi kalau gagal   akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitasn dalam menjalankan tugas-tugas berikutnya (Hurlock, 1991)
  • Perkembangan manusia dikelompokan menjadi, Masa prenatal, Masa bayi, Masa kanak-kanak, Masa puber, Masa remaja,   Masa dewasa.
  • Tugas perkembangan yang menitik beratkan pada pendidikan yaitu diusia kanak-kanak, puber dan remaja.
  • Setiap tahap perkembangan memilki tugas belajarnya sendiri, mulai dari tugas belajar untuk perkembangan motorik,   intelektual, sosial, emosi dan kreativitas.
  • Setiap tahap perkembangan anak ada tugas-tugas yang harus dilewati dan ada kebutuhan yang harus dipenuhi,   sehingga orang tua dapat lebih realistis dalam menerapkan suatu pengajaran dan lebih memahaminya .
  • Tugas-tugas perkembangan sepanjang rentang kehidupan menurut Havighust (Hurlock, 1994):
Masa bayi dan awal masa kanak-kanak:
  • belajar memakan makanan padat
  • belajar berjalan
  • belajar berbicara
  • belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh
  • mempelajari perbedaan jenis kelamin dan tata caranya
  • mempersiapkan diri untuk belajar membaca
  • belajar membedakan benar dan salah, dan mulai mengembangkan hati nurani.
Akhir masa kanak-kanak :
  • Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang umum
  • Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk yang sedang tumbuh
  • Belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya
  • Mulai mengembangkan peron sosial pria dan wanita yang tepat
  • Mengembangkan keterampilan- keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung
  • Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk hidup sehari-hari
  • Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata tingkatan nilai
  • Mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga-lembaga
  • Mencapai kebebasan pribadi
Masa Remaja :
  • Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita
  • Mencapai peran sosial pria dan wanita
  • Menerima keadaan fisik dan menggunakan tubuhnya secara efektif
  • Mengharapkan dan mencapai perilaku social yang bertanggung jawab
  • Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya
  • Mempersiapkan karir ekonomi
  • Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
  • Memperoleh peringkat nilai dan etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembnagkan ideology
Awal masa dewasa :
  • Mulai bekerja
  • Memilih pasangan
  • Belajar hidup dengan tunangan
  • Mulai membina keluarga
  • Mengasuh anak
  • Mengelola rumah tangga
  • Mengambil tanggung jawab sebagai warga negara
  • Mencari kelompok sosial yang menyenangkan.
Masa usia pertengahan :
  • Mencapai tanggung jawab social dan dewasa sebagai warga Negara.
  • Membantu anak-anak remaja belajar untuk menjadi orang dewasa dan bertanggung jawab dan bahagia
  • Mengembangkan kegiatan-kegiatan mengisi waktu sengang untuk orang dewasa
  • Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai individu
  • Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada tahap ini
  • Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir pekerjaan
  • Menyesuaikan diri dengan orang tua yang semakin tua.
Masa Tua :
  • Menyesuaikan diri dengan menurunnya kesehatan dan kekuatan fisik
  • Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya icome (penghasilan) keluarga
  • Membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusianya
  • Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan
  • Menyesuaikan diri dengan peran sosial yang luwes.
Sedangkan tugas perkembangan anak-anak pada usia  sekolah (Wiwit W, Jash, & Metta R, 2003) :
  • Belajar keterampilan fisik untuk bermain
  • Sikap yang sehat untuk diri sendiri
  • Belajar bergaul
  • Memainkan peran jenis kelamin yang sesuai
  • Keterampilan dasar
  • Konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
  • Mengembangkan hati nurani, nilai moral dan nilai social
  • Mencapai kebebasan social dan kemandirian pribadi
  • Mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok dan lembaga social.
Beberapa aspek perkembangan yang mempengaruhi pendidikan anak yaitu, perkembangan kognitif serta perkembangan social (perkembangan nilai-nilai moral).

TOKOH-TOKOH SOSIOLOGI


TOKOH-TOKOH SOSIOLOGI

A) Auguste Marie Francois Xavier Comte
Auguste Comte merupakan seorang tokoh brilian yang disebut sebagai peletak dasar sosiologi.Comte melihat dari hasil revolusi prancis cenderung kearah reorganisasi masyarakat seraca besar-besaran.Menurutnya,reorganisasi masyarakat hanya dapat berasil jika ada orang mengembangkan cara berpikir yang baru tentang masyarakat.
Comte memperkenalkan metode positif,yaitu hukum mengenai urutan
gejala-gejala sosial.Dia memperkenalkan hukum tigast adi a(tahap).
Isi hukum tigast adi a(tahap):
a)Tahap Teologi:
Pada tahap ini orang lebih suka dengan pertanyaan yang tidak dapat dipecahkan,
yaitu tentang hal-hal yang tak dapat diamati.
b)Tahap Metafisik:
Pada tahap ini jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang sama dicari jawabannya
pada hal-hal abstrak yang diibaratkan sebagai esensi dan eksistensi.
c)Tahap Positif:
Pada tahap ini manusia mulai mencari jawaban yang tak bersifat mutlak


B) Emile Durkheim
Durkheim merupakan salah seorang peletak dasar-dasar sosiologi modern.Durkheim terpengaruh oleh tradisi para pemikir bangsa Perancis dan Jerman.
Dalam karya besarnya yang pertama,Durkheim membahas masalah
pembagian kerja yang berfungsi untuk meningkatkan solidaritas
Durkheim membagi 2 tipe solidaritas:
a) Solidaritas Mekanis
Tipe solidaritas yang didasarkan atas persamaan.bisa dijumpai pada masyarakat
yang masih sederhana dan mempunyai strktur sosial yang segmenter(terbagi)
b) Solidaritas Organis
Merupakan sistem terpadu pada organisme yang didasarkan atas keragaman fungsi-fungsi demi kepentingan keseluruhan.Setiap organ memiliki ciri nya masing-masing dan tak bisa diambil oleh organ lain.

C) Karl Max
Karl Max lebih dikenal sebagai tokoh sejarah ekonomi daripada seorang
perintis sosiologi.Ahli filsafat dan aktivis ini mengembangkan teori mengenai
sosialisme yang kemudian hari dikenal dengan nama“Marx i sme ”
Marx berpandangan bahwa sejarah masyarakat manusia merupakan sejarah perjuangan kelas.Menurut Marx,perkembangan pembagian kerjadalam ekonomi kapitalisme menumbuhkan 2 kelas berbeda,yaitu:
a) Kaum Borjuis(kaum kapitalis)
Adalah kelas yang terdiri dari orang-orang yang menguasai alat-alat produksi dan
modal.
b) Kaum Proletar
Adalah kelas yang terdiri dari orang-orang yang tidak empunyaialat produksi dan
modalsehingga dieksploitasi untuk kepentingan kapitalis.

D) Herbert Spencer
Menurut Herbert Spencer,fakta pertama yang penting dalam proses
evolusi sosial adalah peningkatan jumlah penduduk.Pertumbuhan ini tergantung



Tokoh-tokoh Sosiologi
ALBION WOODBURRY SMALL
(11 Mei 1854 – 24 Maret 1926)
  1. LATAR BELAKANG

Albion Woodburry Small lahir pada tanggal 11 Mei 1584 di Buckfield, Maine. Ia pernah bersekolah di Andover Newton Theological School pada tahun 1876-1879. Setelah lulus dari Andover Newton Theological School, Albion Woodburry Small melanjutkan pendidikannya di Universitas Leipzig dan Universitas Berlin. Ia mempelajari tentang sejarah, ekonomi social dan politik.
Pada tahun 1888 sampai dengan tahun 1889, Albion Woodburry Small belajar sejarah di John Hopkins University di Baltimore, Maryland. Pada waktu yang sama Albion Woodburry Small juga mengajar di Univrsitas Colby.
Pada tahun 1892, ia mendirikan Departemen Sosiologi yang pertama di Unversitas Chicago. Ia memimpin departemen ini selama 30 tahun lebih. Pada tahun 1895, ia menerbitkan sebuah buku yang berjudul “The American Journal Of Sociology” yang berisikan tentang catatan ilmu kemasyarakatan orang Amerika. Ia sangat berpengaruh dalam penempatan sosiologi sebagai bidang ilmu yang diakui untuk studi akademis.
Albion Woodburry Small telah menjabat sebagai seorang sejarahwan sosiologi. Karyanya yang berjudul “General Sociology” yang berarti ilmu kemasyarakatan umum, merupkan bagian terpenting dari semua karya yang telah dihasilkannya. Albion Woodburry Small meninggal dunia pada tanggal 24 maret 1926 di Amerika Serikat.
B. PENGERTIAN SOSIOLOGI MENURUT ALBION WOODBURRY SMALL
Albion Woodburry Small mengemukakan pengertian sosiologi sebagai kepentingan social yang menyatakan bahwa kepentingan berada ditangan manusia pribadi mapun kelompok dan dapat dikategorikan kedalam masalah-masalah seperti kesehatan, kekayaan, pengetahuan, keindahan, kebenaran dan sebagainya. Masyarakat dianggap sebagai hasil kegiatan manusia untuk memenuhi kepentingan-kepetingannya.
C. HASIL-HASIL KARYA ALBION WOODBURRY SMALL
Hasil karya Albion Woodburry Small sebagai seorang sejarahwan sosiologi diantaranya yaitu :
1. “Introduction To The Study Of Society”(1894)
2. “General Sociology”(1905)
3. “The Meaning Of The Social Science”(1910)
4. “Origins Of Sociology”(1924)
D. KISAH KEHIDUPAN ALBION WOODBURRY SMALL

Albion Woddburry Small sarjana sosiologi dan pendidikan Amerika ( 1854-1926) adalah orang yang beperan penting dalam mendirikan dan mengembangkan sosiologi di Amerika Serikat.
Albion Small dilahirkan di Buckfield, Maine, pada 11 Mei 1854. Meskipun menjabat sebagai menteri di Newton Institusi mengenai agama ( 1876-1879), ia mengejar minat lebih luas di Universitas Leipzig dan Berlin ( 1879-1881), terutama sekali di ilmu ekonomi negara. Sesudah itu, hingga 1889 ia mengajar di perguruan tinggi Colby di Maine dan mengedepankan studi di bidang sejarah dan ekonomi pada Universitas Johns Hopkins. Ia terpilih menjadi Rektor di Universitas Colby pada tahun 1892 dan dia ingin mendirikan departemen sosiologi yang baru di suatu universitas di Chicago. Selama masa jabatannya di Chicago, Small membangun departemen sosiologi yang terkemuka di Amerika Serikat, yang berfungsi untuk membantu di dalam mendirikan lembaga kemasyarakatan di Amerika yang mana ia adalah presiden pada tahun 1912 dan 1913, dan menjadi editor pertama dari jurnal sosiologi Amerika.

Tulisan dan pengajaran Small dimotivasi oleh keinginan untuk mempertunjukkan alam, membedakan dari disiplin sosiologi, seperti halnya untuk menandai adanya kerenggangan hubungan antar berbagai ilmu-ilmu sosial. Buku pertamanya, General Sociology (1905), yang memuat pokok materi perihal sosiologi sebagai proses berbagai keinginan beselisih kelompok dan pemecahan masalah melalui akomodasi dan inovasi sosial. Di buku ini ia meringkas dan dengan kreatif menafsirkan tulisan Ludwig Gumplowicz dan Gustave Ratzenhofer untuk pertama kali ke dalam bahasa inggris. Penafsiran tentang sosiologi Eropa lebih lanjut tercakup di buku yang berjudul Adam Smith dan Modern Sociology (1907), di mana Small mencoba untuk mempertunjukkan moral dan filosofis yang mendasari tentang kekayaan negara-negara terkenal; cameralists (1909), suatu tinjauan ulang yang terperinci menyangkut teori sosial yang mendasari orang banyak/masyarakat setuju dengan kebijakan ekonomi negara jerman dari abad 16 sampai abad ke 19, dan Orgins of Sociology (1924), suatu rekonstruksi yang matang dari kontroversi akademis Jerman yang nampak kecil untuk menyediakan pondasi bagi metodologi modern di dalam ilmu sosial.
Ringkasan yang terbaik tentang keseluruhan pemikiran terdapat di The Meaning Of Social Science (1910), dan tentang daya dorong tentang sosiologi yang umumnya diperjelas di dalam terminologi yang modern. Ilmu social yaitu studi yang melanjutkan proses manusia dalam membentuk, menerapkan, dan merubah penilaian tentang pengalaman mereka. Tingkah laku manusia memperoleh maksud/arti dari penilaian ini, perilaku dan nilai-nilai kedua-duanya secara serempak dipolakan di dalam individu dan dalam masyarakat melalui organisasi dan kelompok.
Small dipensiunkan dari Universitas Colby pada tahun 1924. Ia meninggal dunia di Chicago pada 24 Maret 1926. Walaupun gagasannya sebagian besar merupakan hasil penyempurnaan dari ahli sosiologi yang lain tapi kontribusinya terhadap sosiologi Amerika tidak dapat dibantah.

Auguste Comte
A.    Latar Belakang (Riwayat Hidup)
Auguste Comte yang lahir di Montpililer, Perancis pada 19 Januari 1798, adalah anak seseorang bangsawan yang berasal dari keluarga berdarah Katolik. Namun, di perjalanan hidupnya Comte tidak menunjukkan loyalitasnya terhadap kebangsawanannya juga kepada Katoliknya dan hal tersebut merupakan pengaruh suasana pergolakan social, intelektual dan politik pada masanya.
Comte sebagai mahasiswa di Ecole Pohtechnique tidak menghabiskan masa studinya setelah tahu mahasiswa yang memberikan dukungannya kepasa Napolen dipecat, Comte sendiri merupakan salah satu mahasiswa yang keras kepala dan suka memberontak. Hal tersebut menunjukkan bahwa Comte memiliki prinsip dalam menjalani kehidupannya yang pada akhirnya Comte menjadi seorang professional dan meninggalkan dunia akademisnya memberikan les ataupun bimbingan singkat pada lembaga pendidikan kecil maupun yang bentuknya privat.
Hal-hal yang sebenarnya menarik perhatiannya pun dasarnya bukanlah yang berbau matematika tetapi masalah-masalah social dan kemanusiaan. Dan, pada saat minatnya mulai berkembang tawaran kerjasama dari Saint Simon yang ingin menjadikan Comte sekretaris Simon sekaligus pembimbing karya awal Comte, Comte tidak menolaknya.
Tiada gading yang retak, istilah yang menyempal dalam hubungan yang beliau-beliau jalin. Akhirnya ada perpecahan juga antara kedua intelektual ini perihal karya awal Comte karena aroganis intelektual dari keduanya.
Sejak saat itulah Comte mulai menjalani kehidupan intelektualnya sendiri, menjadi seorang professional dan Comte dalam hal yang satu ini menurut pandangan Coser menjadi seorang intelektual yang termarjinalkan di kalangan intelektual Perancis pada zamannya.
Kehidupan terus bergulir Comte mulai melalui kehidupannya dengan menjadi dosen penguji,pembimbing dan mengajar mahasiswa secara privat. Walaupun begitu, penghasilannya tetap tidak mencukupi kebutuhannya dan mengenai karya awal yang dikerjakannya mandek. Mengalami fluktuasi dalam penyelesaiannya dikarenakan intensitas Comte dalam pengerjaannya berkurang drastis.
Comte dalam kegelisahannya yang baru mencapai titik rawan makin merasa tertekan dan hal tersebut menjadikan psikologisnya terganggu, dengan sifat dasarnya adalah seorang pemberontak akibatnya Comte mengalami gejala paranoid yang hebat. Keadaan itu menambah mengembangnya sikap pemberang yang telah ada, tidak jarang pula perdebatan yang dimulai Comte mengenai apapun diakhiri dengan perkelahian.
Kegilaan atau kerajingan yang diderita Comte membuat Comte menjadi nekat dan sempat menceburkan dirinya ke sungai. Datanglah penyelamat kehidupan Comte yang bernama Carolin Massin, seorang pekerja seks yang sempat dinikahi oleh Comte di tahun 1825. carolin dengan tanpa pamrih merawat Comte seperti bayi, bukan hanya terbebani secara material saja tetapi juga beban emosional dalam merawat Comte karena tidak ada perubahan perlakuan Comte untuk Caroline dan hal mengakibatkan Caroline memutuskan pergi meninggalkan Comte pada tahun 1842. comte kembali dalam kegialaannya lagi dan sengsara.
Pada tahun 1844 Comte bertemu seorang perempuan yang bernama Clotilde de Vaux. Walaupun, Comte sangat mencintainya hingga akhir hayat Clotilde tidak pernah menerima cinta Comte karena sudah memiliki suami, walau suaminya jauh dari Clotilde de Vaux meninggal pada tahun 1846 karena penyakit yang menyebabkan tipis harapan sembuhnya dan Clotilde masih terpisah dengan suaminya.
Pada tahun-tahun terakhir masa hidupnya, Comte mengalami gangguan kejiwaan. Comte wafat di Paris pada tanggal 5 September 1857 dan dimakamkan di Cimetiere du Pere Lachaise.

  1. Pandangan Terhadap Sosiologi
Auguste Comte, melihat perubahan-perubahan yang disebabkan adanya ancaman terhadap tatanan social, menganggap bahwa perubahan tersebut tidak saja bersifat positif seperti berkembangnya demokratisasi dalam masyarakat, tetapi juga berdampak negative. Salah satu dampak negative tersebut adalah terjadinya konflik antarkelas dalam masyarakat. Menurut Comte konflik-konflik tersebut terjadi karena hilangnya norma atau pegangan (normless) bagi masyarakat dalam bertindak. Comte berkaca dari apa yang terjadi dalam masyarakat Perancis ketika itu (abad ke-19). Setelah pecahnya Revolusi Perancis, masyarakat Perancis dilanda konflik antarkelas. Comte melihat hal itu terjadi karena masyarakat tidak lagi mengetahui bagaimana mengatasi perubahan akibat revolusi dan hukum-hukum apa saja yang dapat dipakai untuk mengatur tatanan social masyarakat.
Oleh karena itu, Comte menyarankan agar semua penelitian tentang masyarakat ditingkatkan menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri. Comte membayangkan suatu penemuan hukum-hukum yang dapat mengatur gejala-gejala social. Namun, Comte belum berhasil mengembangkan hukum-hukum social tersebut menjadi sebuah ilmu. Ia hanya memberi istilah bagi ilmu yang akan lahir itu dengan istilah “Sosiologi”. Sosiologi baru berkembang menjadi sebuah ilmu setelah Emile Durkheim mengembangkan metodologi sosiologi melalui bukunya Rules of Sosiological Method. Meskipun demikian, atas jasanya terhadap lahirnya Sosiologi, Suguste Comte tetap disebut sebagai Bapak Sosiologi.
Comte jelaslah dapat terlihat progretivitasnya dalam memperjuangkan optimisme dari pergolakan realitas social pada masanya, dengan ilmu social yang sistematis dan analitis. Comte dikelanjutan sistematisasi dari observasi dan analisanya, Comte menjadikan ilmu pengetahuan yang dikajinya ini terklarifikasi atas dua bagian, yaitu social statik dan social dinamik.
Social static dan social dinamik hanya untuk memudahkan analitik saja terbagi dua, walapun begitu keduanya bagian yang integral karena Comte jelas sekali dengan hokum tiga tahapnya memperlihatkan ilmu pengetahuan yang holistic. Static social menerangkan perihal nilai-nilai yang melandasi masyarakat dalam perubahannya, selalu membutuhkan social order karenanya dibutuhkan nilai yang disepakati bersama dan berdiri atas keinginan bersama, dapat dinamakan hokum atau kemauan yang berlaku umum. Sedangkan social dinamik, ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai perkembangan masyarakat atau gerak sejarah masyarakat kepada arah kemajuannya.
Pemandangan Comte rasanya dapat terlihat dalam penjabarannya mengenai ilmu pengetahuannya, yang mengidamkan adanya tata yang jelas mengendapkan keteraturan social dan kemajuan perkembangan serta pemikiran masyarakat kea rah positif. Sebagai seorang ilmuwan Comte mengharapkan sesuatu yang ideal tetapi, dalam hal ini Comte berbenturan dengan realitas social yang menginginkan perubahan social secara cepat, revolusi social.
Comte terpaksa memberikan stigma negative terhadap konflik, lentupan-lentupan yang mnegembang melalui konflik dalam masyarakat karena akan menyebabkan tidak tumbuhnya keteraturan social yang nantinya mempersulit perkembangan masyarakat. Ketertiban harus diutamakan apabila masyarakat menginginkan kemajuan yang merata dan bebas dari anarkisme social, anarkisme intelektual. Keteraturan social tiap fase perkembangan social (sejarah manusia) harus sesuai perkembangan pemikiran manusia dan pada tiap proses fase-fasenya (perkembangan) bersifat mutlak dan universal, merupakan inti ajaran Comte.

  1. Hasil Karya
Comte menganggap pernikahannya dengan Caroline merupakan kesalahan terbesar, berlanjutnya kehidupan Comte yang mulai memiliki kestabilan emosi ditahun 1830 tulisannya mengenai “Filsafat Positif” (Cours de Philosohie Positiv) terbit sebagai jilid pertama, terbitan jilid yang lainnya bertebaran hingga tahun 1842.
Mulailah dapat disaksikan sekarang bintang keberuntungan Comte sebagai salah satu manusia yang tercatat dalam narasi besar prosa kehidupan yang penuh misteri, pemikiran brilian Comte mulai terajut menjadi suatu aliran pemikiran yang baru dalam karya-karya filsafat yang tumbuh lebih dulu. Comte dengan kesadaran penuh bahwa akal budi manusia terbatas, mencoba mengatasi dengan membentuk ilmu pengetahuan yng berasumsi dasar pada persepsi dan penyelidikan ilmiah.
Tiga hal ini dapat menjadi cirri pengetahuan seperti apa yang sedang Comte bangun, yatu :
1. Membenarkan dan menerima gejala sebagai kenyataan.
2. Mengumpulkan dan mengklasifikasi gejala itu menurut hokum yang menguasai mereka.
3. Memprediksi fenomena-fenomena yang akan dating berdasarkan hokum-hukum itu dan mengambil tindakan yang dirasa bermanfaat.
Keyakinan dalam pengembangan yang dinamakannya positifisme semakin besar volumenya, positifisme sendiri adalah faham filsafat, yang cenderung untuk membatasi pengetahuan benar manusia kepada hal-hal yang dapat diperoleh dnegan memakai metoda ilmu pengetahuan. Disini Comte berusaha pengembangan kehidupan manusia denganmenciptakan sejarah baru, merubah pemikiran-pemikiran yang sudah membudaya, tumbuh dan berkembang pada masa sebelum Comte hadir. Comte mencoba dengan keahlian berpikirnya untuk mendekonstruksi pemikiran yang sifatnya abstrak (teologis) meupun pemikirannya yang pada penjelasan-penjelasannya spekulatif.
Comte bukan hanya melakukan penelitian-penelitian atas penjelasan-penjelasan yang perlu dirombak karena tidak sesuai dengan kaidah keilmiahan Comte tetapi layaknya filsuf lainnya, Comte sellu melakukan kontemplasi juga guna mendapatkan argumentasi-argumentasi yang menurutnya ilmiah. Dan, dari sini Comte mulai mengeluarkan agitasinya tentangilmu pengetahuan positive pada saat berdiskusi dengan kaum intelektual lainnya sekaligus menguji coba argumentasi atas mazhab yang sedang dikumandangkannya dengan gencar.
Positifisme Comte sendiri menciptakan kaidah ilmu pengetahuan baru ini bersandarkan pada teori-teori yang dikembangkan oleh Condorcet, De Bonald, Rousseau dan Plato, Comte memberikan penghargaan yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan yang lebih dulu timbul. Pengetahuan-pengetahuan yang sebelumnya bukan hanya berguna, tetapi merupakan suatu keharusan untuk diterima karena ilmu pengetahuan kekinian selalu bertumpu pada ilmu pengetahuan sebelumnya dalam system klasifikasi.
Asumsi-asumsi ilmu pengetahuan positive itu sendiri, antara lain :
1. Ilmu pengetahuan harus bersifat obyektif (bebas nilai dan netral) seoramg ilmuwan tidak boleh dipengaruhi oleh emosionalitasnya dalam melakukan observasi terhadap obyek yang sedang diteliti.
2. Ilmu pengetahuan hanya berurusan dengan hal-hal yang berulang kali.
3. Ilmu pengetahuan menyoroti tentang fenomena atau kejadian alam dari mutualisme simbiosis dan antar relasinya dengan fenomena yang lain.
Bentangan aktualisasi dari pemikiran Comte, adalah dikeluarkannya pemikirannya mengenai “hokum tiga tahap” atau dikenal juga dengan “hokum tiga stadia”. Hokum tiga tahap ini menceritakan perihal sejarah manusia dan pemikirannya sebagai analisa dari observasi-observasi yang dilakukan oleh Comte.
Versi Comte tentang perkembangan manusia dan pemikirannya, berawal pada tahapan teologis dimana studi kasusnya pada masyarakat primitive yang masih hidupnya menjadi obyek bagi alam, belum memiliki hasrat atau mental untuk menguasai (pengelola) alam atau dapat dikatakan belum menjadi subyek. Fetitisme dan animisme merupakan keyakinan awal yang membentuk pola piker manusia lalu beranjak kepada politeisme, manusia menganggap ada roh-roh dalam setiap benda pengatur kehidupan dan dewa-dewa yang mengatur kehendak manusia dalam setiap aktivitasnya dikeseharian.
Beralih pada pemikiran selanjutnya, yaitu tahap metafisika atau nama lainnya tahap transisi dari buah pikiran Comte karena tahapan ini mneurut Comte hanya modifikasi dari tahapan sebelumnya. Penekanannya pada tahap ini, yaitu monoteisme yang dapat menerangkan gejala-gejala alam dengan jawaban-jawaban yang spekulatif, bukan dari analisa empiric.
Tahap positif, adalah tahapan yang terakhir dari pemikiran manusia dan perkembangannya, pada tahap ini gejala alam diterangkan oleh akal budi berdasarkan hokum-hukumnya yang dapat ditinjau, diuji dan dibuktikan atas scara empiris. Penerangan ini menghasilkan pengetahuan yang instrumental.
D. Kesimpulan dan Saran
Auguste Comte adalah seorang yang radikal tetapi bukanlah seorang yan revolusioner, Comte seorang yang progresiv namun bukan seorang yang militansinya tinggi (walaupun sempat mengalami kegilaan/paranoid). Comte berhjalan di tengah-tengah mencari jalan alternative melalui ilmu pengetahuan yang dikembangkannya guna menyiasati kemungkinan besar yang akan terjadi.
Auguste Comte adalah manusia yang berjalan di tengah-tengah antara ideology yang berkembang (progressive vs konservatif) berada pada ruang abu-abu (keilmiahan ilmu pengetahuan). Comte memberikan sumbangsih cukup besar untuk menusia walaupun ilmu pengetahuan yang dibangun merupakan ide generatif dan ide produktifnya. Comte turut mengembangkan kebudayaan dan menuliskan : “Sebagai anak kita menjadi seorang teolog, sebagai remaja kita menjadi ahli metafisika dan sebagai manusia dewasa kita menjadi ahli ilmu alam”. Hal tersebut adalah maksud dari tahap perkembangan masyarakatnya yang tercantum dalam hokum tiga stadinya.
Adapun sifat-sifat dan kemampuan menonjol yang dimiliki seorang Auguste Comte :
1. Kecerdasan dan pola pikirnya yang brilian.
2. Walaupun ia anak keturunan bangsawan, tetapi ia tidak sombong (menunjukkan loyalitasnya sebagai bangsawan)
3. Keras kepala, suka memberontak, dan memegang teguh prinsip.
4. Progresif dan optimis dalam memperjuangkan kehidupan social.
5. Ambisius dan idealis.
6. Menolak keras bentuk anarkisme social yang merusak moral dan intelektual.
Factor-faktor yang menyebabkan Auguste Comte menjadi demikian, antara lain :
1. Dilahirkan dan dibesarkan di lingkungan keluarga bangsawan.
2. Pergolakan social dalam masyarakat yang tidak menentu.
3. Mengalami masa-masa sulit ketika ia keadaan psikologisnya terganggu.
4. Ia menghargai ilmu pengetahuan yang lebih dulu muncul.
5. Cara pandangnya terhadap agama konvensional yang menurutnya tidak dapat diandalkan.
6. Ditnggal oleh orang yang ia cintai, sehingga ia menganggap keluarga (istri dan anak) adalah kesatuan organis yang dapat menyusun pemikiran-pemikiran sedari awal.
Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus bangsa, hendaknya selalu :
1. Menjaga norma-norma social agar dapat melangsungkan hidup dengan baik.
2. Memanfaatkan ilmu social untuk meneliti mengapa suatu masyarakat begitu mudah membuat kerusuhan.
3. Menggunakan ilmu social untuk menanggulangi perubahan social yang berdampak negative.
E. Penutup
Demikianlah daftar riwayat Bapak Sosiologi kita, Auguste Comte yang terus berusaha menciptakan ilmu masyarakat demi melancarkan kelangsungan hidup masyarakat yang akan dating. Berkat jasa beliau, kita dapat memilah dan memilih sesuatu yang baik dan benar tagar terhindar dari perubahan social. Sehingga kita dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.