Senin, 12 September 2011

TOKOH-TOKOH SOSIOLOGI


TOKOH-TOKOH SOSIOLOGI

A) Auguste Marie Francois Xavier Comte
Auguste Comte merupakan seorang tokoh brilian yang disebut sebagai peletak dasar sosiologi.Comte melihat dari hasil revolusi prancis cenderung kearah reorganisasi masyarakat seraca besar-besaran.Menurutnya,reorganisasi masyarakat hanya dapat berasil jika ada orang mengembangkan cara berpikir yang baru tentang masyarakat.
Comte memperkenalkan metode positif,yaitu hukum mengenai urutan
gejala-gejala sosial.Dia memperkenalkan hukum tigast adi a(tahap).
Isi hukum tigast adi a(tahap):
a)Tahap Teologi:
Pada tahap ini orang lebih suka dengan pertanyaan yang tidak dapat dipecahkan,
yaitu tentang hal-hal yang tak dapat diamati.
b)Tahap Metafisik:
Pada tahap ini jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang sama dicari jawabannya
pada hal-hal abstrak yang diibaratkan sebagai esensi dan eksistensi.
c)Tahap Positif:
Pada tahap ini manusia mulai mencari jawaban yang tak bersifat mutlak


B) Emile Durkheim
Durkheim merupakan salah seorang peletak dasar-dasar sosiologi modern.Durkheim terpengaruh oleh tradisi para pemikir bangsa Perancis dan Jerman.
Dalam karya besarnya yang pertama,Durkheim membahas masalah
pembagian kerja yang berfungsi untuk meningkatkan solidaritas
Durkheim membagi 2 tipe solidaritas:
a) Solidaritas Mekanis
Tipe solidaritas yang didasarkan atas persamaan.bisa dijumpai pada masyarakat
yang masih sederhana dan mempunyai strktur sosial yang segmenter(terbagi)
b) Solidaritas Organis
Merupakan sistem terpadu pada organisme yang didasarkan atas keragaman fungsi-fungsi demi kepentingan keseluruhan.Setiap organ memiliki ciri nya masing-masing dan tak bisa diambil oleh organ lain.

C) Karl Max
Karl Max lebih dikenal sebagai tokoh sejarah ekonomi daripada seorang
perintis sosiologi.Ahli filsafat dan aktivis ini mengembangkan teori mengenai
sosialisme yang kemudian hari dikenal dengan nama“Marx i sme ”
Marx berpandangan bahwa sejarah masyarakat manusia merupakan sejarah perjuangan kelas.Menurut Marx,perkembangan pembagian kerjadalam ekonomi kapitalisme menumbuhkan 2 kelas berbeda,yaitu:
a) Kaum Borjuis(kaum kapitalis)
Adalah kelas yang terdiri dari orang-orang yang menguasai alat-alat produksi dan
modal.
b) Kaum Proletar
Adalah kelas yang terdiri dari orang-orang yang tidak empunyaialat produksi dan
modalsehingga dieksploitasi untuk kepentingan kapitalis.

D) Herbert Spencer
Menurut Herbert Spencer,fakta pertama yang penting dalam proses
evolusi sosial adalah peningkatan jumlah penduduk.Pertumbuhan ini tergantung



Tokoh-tokoh Sosiologi
ALBION WOODBURRY SMALL
(11 Mei 1854 – 24 Maret 1926)
  1. LATAR BELAKANG

Albion Woodburry Small lahir pada tanggal 11 Mei 1584 di Buckfield, Maine. Ia pernah bersekolah di Andover Newton Theological School pada tahun 1876-1879. Setelah lulus dari Andover Newton Theological School, Albion Woodburry Small melanjutkan pendidikannya di Universitas Leipzig dan Universitas Berlin. Ia mempelajari tentang sejarah, ekonomi social dan politik.
Pada tahun 1888 sampai dengan tahun 1889, Albion Woodburry Small belajar sejarah di John Hopkins University di Baltimore, Maryland. Pada waktu yang sama Albion Woodburry Small juga mengajar di Univrsitas Colby.
Pada tahun 1892, ia mendirikan Departemen Sosiologi yang pertama di Unversitas Chicago. Ia memimpin departemen ini selama 30 tahun lebih. Pada tahun 1895, ia menerbitkan sebuah buku yang berjudul “The American Journal Of Sociology” yang berisikan tentang catatan ilmu kemasyarakatan orang Amerika. Ia sangat berpengaruh dalam penempatan sosiologi sebagai bidang ilmu yang diakui untuk studi akademis.
Albion Woodburry Small telah menjabat sebagai seorang sejarahwan sosiologi. Karyanya yang berjudul “General Sociology” yang berarti ilmu kemasyarakatan umum, merupkan bagian terpenting dari semua karya yang telah dihasilkannya. Albion Woodburry Small meninggal dunia pada tanggal 24 maret 1926 di Amerika Serikat.
B. PENGERTIAN SOSIOLOGI MENURUT ALBION WOODBURRY SMALL
Albion Woodburry Small mengemukakan pengertian sosiologi sebagai kepentingan social yang menyatakan bahwa kepentingan berada ditangan manusia pribadi mapun kelompok dan dapat dikategorikan kedalam masalah-masalah seperti kesehatan, kekayaan, pengetahuan, keindahan, kebenaran dan sebagainya. Masyarakat dianggap sebagai hasil kegiatan manusia untuk memenuhi kepentingan-kepetingannya.
C. HASIL-HASIL KARYA ALBION WOODBURRY SMALL
Hasil karya Albion Woodburry Small sebagai seorang sejarahwan sosiologi diantaranya yaitu :
1. “Introduction To The Study Of Society”(1894)
2. “General Sociology”(1905)
3. “The Meaning Of The Social Science”(1910)
4. “Origins Of Sociology”(1924)
D. KISAH KEHIDUPAN ALBION WOODBURRY SMALL

Albion Woddburry Small sarjana sosiologi dan pendidikan Amerika ( 1854-1926) adalah orang yang beperan penting dalam mendirikan dan mengembangkan sosiologi di Amerika Serikat.
Albion Small dilahirkan di Buckfield, Maine, pada 11 Mei 1854. Meskipun menjabat sebagai menteri di Newton Institusi mengenai agama ( 1876-1879), ia mengejar minat lebih luas di Universitas Leipzig dan Berlin ( 1879-1881), terutama sekali di ilmu ekonomi negara. Sesudah itu, hingga 1889 ia mengajar di perguruan tinggi Colby di Maine dan mengedepankan studi di bidang sejarah dan ekonomi pada Universitas Johns Hopkins. Ia terpilih menjadi Rektor di Universitas Colby pada tahun 1892 dan dia ingin mendirikan departemen sosiologi yang baru di suatu universitas di Chicago. Selama masa jabatannya di Chicago, Small membangun departemen sosiologi yang terkemuka di Amerika Serikat, yang berfungsi untuk membantu di dalam mendirikan lembaga kemasyarakatan di Amerika yang mana ia adalah presiden pada tahun 1912 dan 1913, dan menjadi editor pertama dari jurnal sosiologi Amerika.

Tulisan dan pengajaran Small dimotivasi oleh keinginan untuk mempertunjukkan alam, membedakan dari disiplin sosiologi, seperti halnya untuk menandai adanya kerenggangan hubungan antar berbagai ilmu-ilmu sosial. Buku pertamanya, General Sociology (1905), yang memuat pokok materi perihal sosiologi sebagai proses berbagai keinginan beselisih kelompok dan pemecahan masalah melalui akomodasi dan inovasi sosial. Di buku ini ia meringkas dan dengan kreatif menafsirkan tulisan Ludwig Gumplowicz dan Gustave Ratzenhofer untuk pertama kali ke dalam bahasa inggris. Penafsiran tentang sosiologi Eropa lebih lanjut tercakup di buku yang berjudul Adam Smith dan Modern Sociology (1907), di mana Small mencoba untuk mempertunjukkan moral dan filosofis yang mendasari tentang kekayaan negara-negara terkenal; cameralists (1909), suatu tinjauan ulang yang terperinci menyangkut teori sosial yang mendasari orang banyak/masyarakat setuju dengan kebijakan ekonomi negara jerman dari abad 16 sampai abad ke 19, dan Orgins of Sociology (1924), suatu rekonstruksi yang matang dari kontroversi akademis Jerman yang nampak kecil untuk menyediakan pondasi bagi metodologi modern di dalam ilmu sosial.
Ringkasan yang terbaik tentang keseluruhan pemikiran terdapat di The Meaning Of Social Science (1910), dan tentang daya dorong tentang sosiologi yang umumnya diperjelas di dalam terminologi yang modern. Ilmu social yaitu studi yang melanjutkan proses manusia dalam membentuk, menerapkan, dan merubah penilaian tentang pengalaman mereka. Tingkah laku manusia memperoleh maksud/arti dari penilaian ini, perilaku dan nilai-nilai kedua-duanya secara serempak dipolakan di dalam individu dan dalam masyarakat melalui organisasi dan kelompok.
Small dipensiunkan dari Universitas Colby pada tahun 1924. Ia meninggal dunia di Chicago pada 24 Maret 1926. Walaupun gagasannya sebagian besar merupakan hasil penyempurnaan dari ahli sosiologi yang lain tapi kontribusinya terhadap sosiologi Amerika tidak dapat dibantah.

Auguste Comte
A.    Latar Belakang (Riwayat Hidup)
Auguste Comte yang lahir di Montpililer, Perancis pada 19 Januari 1798, adalah anak seseorang bangsawan yang berasal dari keluarga berdarah Katolik. Namun, di perjalanan hidupnya Comte tidak menunjukkan loyalitasnya terhadap kebangsawanannya juga kepada Katoliknya dan hal tersebut merupakan pengaruh suasana pergolakan social, intelektual dan politik pada masanya.
Comte sebagai mahasiswa di Ecole Pohtechnique tidak menghabiskan masa studinya setelah tahu mahasiswa yang memberikan dukungannya kepasa Napolen dipecat, Comte sendiri merupakan salah satu mahasiswa yang keras kepala dan suka memberontak. Hal tersebut menunjukkan bahwa Comte memiliki prinsip dalam menjalani kehidupannya yang pada akhirnya Comte menjadi seorang professional dan meninggalkan dunia akademisnya memberikan les ataupun bimbingan singkat pada lembaga pendidikan kecil maupun yang bentuknya privat.
Hal-hal yang sebenarnya menarik perhatiannya pun dasarnya bukanlah yang berbau matematika tetapi masalah-masalah social dan kemanusiaan. Dan, pada saat minatnya mulai berkembang tawaran kerjasama dari Saint Simon yang ingin menjadikan Comte sekretaris Simon sekaligus pembimbing karya awal Comte, Comte tidak menolaknya.
Tiada gading yang retak, istilah yang menyempal dalam hubungan yang beliau-beliau jalin. Akhirnya ada perpecahan juga antara kedua intelektual ini perihal karya awal Comte karena aroganis intelektual dari keduanya.
Sejak saat itulah Comte mulai menjalani kehidupan intelektualnya sendiri, menjadi seorang professional dan Comte dalam hal yang satu ini menurut pandangan Coser menjadi seorang intelektual yang termarjinalkan di kalangan intelektual Perancis pada zamannya.
Kehidupan terus bergulir Comte mulai melalui kehidupannya dengan menjadi dosen penguji,pembimbing dan mengajar mahasiswa secara privat. Walaupun begitu, penghasilannya tetap tidak mencukupi kebutuhannya dan mengenai karya awal yang dikerjakannya mandek. Mengalami fluktuasi dalam penyelesaiannya dikarenakan intensitas Comte dalam pengerjaannya berkurang drastis.
Comte dalam kegelisahannya yang baru mencapai titik rawan makin merasa tertekan dan hal tersebut menjadikan psikologisnya terganggu, dengan sifat dasarnya adalah seorang pemberontak akibatnya Comte mengalami gejala paranoid yang hebat. Keadaan itu menambah mengembangnya sikap pemberang yang telah ada, tidak jarang pula perdebatan yang dimulai Comte mengenai apapun diakhiri dengan perkelahian.
Kegilaan atau kerajingan yang diderita Comte membuat Comte menjadi nekat dan sempat menceburkan dirinya ke sungai. Datanglah penyelamat kehidupan Comte yang bernama Carolin Massin, seorang pekerja seks yang sempat dinikahi oleh Comte di tahun 1825. carolin dengan tanpa pamrih merawat Comte seperti bayi, bukan hanya terbebani secara material saja tetapi juga beban emosional dalam merawat Comte karena tidak ada perubahan perlakuan Comte untuk Caroline dan hal mengakibatkan Caroline memutuskan pergi meninggalkan Comte pada tahun 1842. comte kembali dalam kegialaannya lagi dan sengsara.
Pada tahun 1844 Comte bertemu seorang perempuan yang bernama Clotilde de Vaux. Walaupun, Comte sangat mencintainya hingga akhir hayat Clotilde tidak pernah menerima cinta Comte karena sudah memiliki suami, walau suaminya jauh dari Clotilde de Vaux meninggal pada tahun 1846 karena penyakit yang menyebabkan tipis harapan sembuhnya dan Clotilde masih terpisah dengan suaminya.
Pada tahun-tahun terakhir masa hidupnya, Comte mengalami gangguan kejiwaan. Comte wafat di Paris pada tanggal 5 September 1857 dan dimakamkan di Cimetiere du Pere Lachaise.

  1. Pandangan Terhadap Sosiologi
Auguste Comte, melihat perubahan-perubahan yang disebabkan adanya ancaman terhadap tatanan social, menganggap bahwa perubahan tersebut tidak saja bersifat positif seperti berkembangnya demokratisasi dalam masyarakat, tetapi juga berdampak negative. Salah satu dampak negative tersebut adalah terjadinya konflik antarkelas dalam masyarakat. Menurut Comte konflik-konflik tersebut terjadi karena hilangnya norma atau pegangan (normless) bagi masyarakat dalam bertindak. Comte berkaca dari apa yang terjadi dalam masyarakat Perancis ketika itu (abad ke-19). Setelah pecahnya Revolusi Perancis, masyarakat Perancis dilanda konflik antarkelas. Comte melihat hal itu terjadi karena masyarakat tidak lagi mengetahui bagaimana mengatasi perubahan akibat revolusi dan hukum-hukum apa saja yang dapat dipakai untuk mengatur tatanan social masyarakat.
Oleh karena itu, Comte menyarankan agar semua penelitian tentang masyarakat ditingkatkan menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri. Comte membayangkan suatu penemuan hukum-hukum yang dapat mengatur gejala-gejala social. Namun, Comte belum berhasil mengembangkan hukum-hukum social tersebut menjadi sebuah ilmu. Ia hanya memberi istilah bagi ilmu yang akan lahir itu dengan istilah “Sosiologi”. Sosiologi baru berkembang menjadi sebuah ilmu setelah Emile Durkheim mengembangkan metodologi sosiologi melalui bukunya Rules of Sosiological Method. Meskipun demikian, atas jasanya terhadap lahirnya Sosiologi, Suguste Comte tetap disebut sebagai Bapak Sosiologi.
Comte jelaslah dapat terlihat progretivitasnya dalam memperjuangkan optimisme dari pergolakan realitas social pada masanya, dengan ilmu social yang sistematis dan analitis. Comte dikelanjutan sistematisasi dari observasi dan analisanya, Comte menjadikan ilmu pengetahuan yang dikajinya ini terklarifikasi atas dua bagian, yaitu social statik dan social dinamik.
Social static dan social dinamik hanya untuk memudahkan analitik saja terbagi dua, walapun begitu keduanya bagian yang integral karena Comte jelas sekali dengan hokum tiga tahapnya memperlihatkan ilmu pengetahuan yang holistic. Static social menerangkan perihal nilai-nilai yang melandasi masyarakat dalam perubahannya, selalu membutuhkan social order karenanya dibutuhkan nilai yang disepakati bersama dan berdiri atas keinginan bersama, dapat dinamakan hokum atau kemauan yang berlaku umum. Sedangkan social dinamik, ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai perkembangan masyarakat atau gerak sejarah masyarakat kepada arah kemajuannya.
Pemandangan Comte rasanya dapat terlihat dalam penjabarannya mengenai ilmu pengetahuannya, yang mengidamkan adanya tata yang jelas mengendapkan keteraturan social dan kemajuan perkembangan serta pemikiran masyarakat kea rah positif. Sebagai seorang ilmuwan Comte mengharapkan sesuatu yang ideal tetapi, dalam hal ini Comte berbenturan dengan realitas social yang menginginkan perubahan social secara cepat, revolusi social.
Comte terpaksa memberikan stigma negative terhadap konflik, lentupan-lentupan yang mnegembang melalui konflik dalam masyarakat karena akan menyebabkan tidak tumbuhnya keteraturan social yang nantinya mempersulit perkembangan masyarakat. Ketertiban harus diutamakan apabila masyarakat menginginkan kemajuan yang merata dan bebas dari anarkisme social, anarkisme intelektual. Keteraturan social tiap fase perkembangan social (sejarah manusia) harus sesuai perkembangan pemikiran manusia dan pada tiap proses fase-fasenya (perkembangan) bersifat mutlak dan universal, merupakan inti ajaran Comte.

  1. Hasil Karya
Comte menganggap pernikahannya dengan Caroline merupakan kesalahan terbesar, berlanjutnya kehidupan Comte yang mulai memiliki kestabilan emosi ditahun 1830 tulisannya mengenai “Filsafat Positif” (Cours de Philosohie Positiv) terbit sebagai jilid pertama, terbitan jilid yang lainnya bertebaran hingga tahun 1842.
Mulailah dapat disaksikan sekarang bintang keberuntungan Comte sebagai salah satu manusia yang tercatat dalam narasi besar prosa kehidupan yang penuh misteri, pemikiran brilian Comte mulai terajut menjadi suatu aliran pemikiran yang baru dalam karya-karya filsafat yang tumbuh lebih dulu. Comte dengan kesadaran penuh bahwa akal budi manusia terbatas, mencoba mengatasi dengan membentuk ilmu pengetahuan yng berasumsi dasar pada persepsi dan penyelidikan ilmiah.
Tiga hal ini dapat menjadi cirri pengetahuan seperti apa yang sedang Comte bangun, yatu :
1. Membenarkan dan menerima gejala sebagai kenyataan.
2. Mengumpulkan dan mengklasifikasi gejala itu menurut hokum yang menguasai mereka.
3. Memprediksi fenomena-fenomena yang akan dating berdasarkan hokum-hukum itu dan mengambil tindakan yang dirasa bermanfaat.
Keyakinan dalam pengembangan yang dinamakannya positifisme semakin besar volumenya, positifisme sendiri adalah faham filsafat, yang cenderung untuk membatasi pengetahuan benar manusia kepada hal-hal yang dapat diperoleh dnegan memakai metoda ilmu pengetahuan. Disini Comte berusaha pengembangan kehidupan manusia denganmenciptakan sejarah baru, merubah pemikiran-pemikiran yang sudah membudaya, tumbuh dan berkembang pada masa sebelum Comte hadir. Comte mencoba dengan keahlian berpikirnya untuk mendekonstruksi pemikiran yang sifatnya abstrak (teologis) meupun pemikirannya yang pada penjelasan-penjelasannya spekulatif.
Comte bukan hanya melakukan penelitian-penelitian atas penjelasan-penjelasan yang perlu dirombak karena tidak sesuai dengan kaidah keilmiahan Comte tetapi layaknya filsuf lainnya, Comte sellu melakukan kontemplasi juga guna mendapatkan argumentasi-argumentasi yang menurutnya ilmiah. Dan, dari sini Comte mulai mengeluarkan agitasinya tentangilmu pengetahuan positive pada saat berdiskusi dengan kaum intelektual lainnya sekaligus menguji coba argumentasi atas mazhab yang sedang dikumandangkannya dengan gencar.
Positifisme Comte sendiri menciptakan kaidah ilmu pengetahuan baru ini bersandarkan pada teori-teori yang dikembangkan oleh Condorcet, De Bonald, Rousseau dan Plato, Comte memberikan penghargaan yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan yang lebih dulu timbul. Pengetahuan-pengetahuan yang sebelumnya bukan hanya berguna, tetapi merupakan suatu keharusan untuk diterima karena ilmu pengetahuan kekinian selalu bertumpu pada ilmu pengetahuan sebelumnya dalam system klasifikasi.
Asumsi-asumsi ilmu pengetahuan positive itu sendiri, antara lain :
1. Ilmu pengetahuan harus bersifat obyektif (bebas nilai dan netral) seoramg ilmuwan tidak boleh dipengaruhi oleh emosionalitasnya dalam melakukan observasi terhadap obyek yang sedang diteliti.
2. Ilmu pengetahuan hanya berurusan dengan hal-hal yang berulang kali.
3. Ilmu pengetahuan menyoroti tentang fenomena atau kejadian alam dari mutualisme simbiosis dan antar relasinya dengan fenomena yang lain.
Bentangan aktualisasi dari pemikiran Comte, adalah dikeluarkannya pemikirannya mengenai “hokum tiga tahap” atau dikenal juga dengan “hokum tiga stadia”. Hokum tiga tahap ini menceritakan perihal sejarah manusia dan pemikirannya sebagai analisa dari observasi-observasi yang dilakukan oleh Comte.
Versi Comte tentang perkembangan manusia dan pemikirannya, berawal pada tahapan teologis dimana studi kasusnya pada masyarakat primitive yang masih hidupnya menjadi obyek bagi alam, belum memiliki hasrat atau mental untuk menguasai (pengelola) alam atau dapat dikatakan belum menjadi subyek. Fetitisme dan animisme merupakan keyakinan awal yang membentuk pola piker manusia lalu beranjak kepada politeisme, manusia menganggap ada roh-roh dalam setiap benda pengatur kehidupan dan dewa-dewa yang mengatur kehendak manusia dalam setiap aktivitasnya dikeseharian.
Beralih pada pemikiran selanjutnya, yaitu tahap metafisika atau nama lainnya tahap transisi dari buah pikiran Comte karena tahapan ini mneurut Comte hanya modifikasi dari tahapan sebelumnya. Penekanannya pada tahap ini, yaitu monoteisme yang dapat menerangkan gejala-gejala alam dengan jawaban-jawaban yang spekulatif, bukan dari analisa empiric.
Tahap positif, adalah tahapan yang terakhir dari pemikiran manusia dan perkembangannya, pada tahap ini gejala alam diterangkan oleh akal budi berdasarkan hokum-hukumnya yang dapat ditinjau, diuji dan dibuktikan atas scara empiris. Penerangan ini menghasilkan pengetahuan yang instrumental.
D. Kesimpulan dan Saran
Auguste Comte adalah seorang yang radikal tetapi bukanlah seorang yan revolusioner, Comte seorang yang progresiv namun bukan seorang yang militansinya tinggi (walaupun sempat mengalami kegilaan/paranoid). Comte berhjalan di tengah-tengah mencari jalan alternative melalui ilmu pengetahuan yang dikembangkannya guna menyiasati kemungkinan besar yang akan terjadi.
Auguste Comte adalah manusia yang berjalan di tengah-tengah antara ideology yang berkembang (progressive vs konservatif) berada pada ruang abu-abu (keilmiahan ilmu pengetahuan). Comte memberikan sumbangsih cukup besar untuk menusia walaupun ilmu pengetahuan yang dibangun merupakan ide generatif dan ide produktifnya. Comte turut mengembangkan kebudayaan dan menuliskan : “Sebagai anak kita menjadi seorang teolog, sebagai remaja kita menjadi ahli metafisika dan sebagai manusia dewasa kita menjadi ahli ilmu alam”. Hal tersebut adalah maksud dari tahap perkembangan masyarakatnya yang tercantum dalam hokum tiga stadinya.
Adapun sifat-sifat dan kemampuan menonjol yang dimiliki seorang Auguste Comte :
1. Kecerdasan dan pola pikirnya yang brilian.
2. Walaupun ia anak keturunan bangsawan, tetapi ia tidak sombong (menunjukkan loyalitasnya sebagai bangsawan)
3. Keras kepala, suka memberontak, dan memegang teguh prinsip.
4. Progresif dan optimis dalam memperjuangkan kehidupan social.
5. Ambisius dan idealis.
6. Menolak keras bentuk anarkisme social yang merusak moral dan intelektual.
Factor-faktor yang menyebabkan Auguste Comte menjadi demikian, antara lain :
1. Dilahirkan dan dibesarkan di lingkungan keluarga bangsawan.
2. Pergolakan social dalam masyarakat yang tidak menentu.
3. Mengalami masa-masa sulit ketika ia keadaan psikologisnya terganggu.
4. Ia menghargai ilmu pengetahuan yang lebih dulu muncul.
5. Cara pandangnya terhadap agama konvensional yang menurutnya tidak dapat diandalkan.
6. Ditnggal oleh orang yang ia cintai, sehingga ia menganggap keluarga (istri dan anak) adalah kesatuan organis yang dapat menyusun pemikiran-pemikiran sedari awal.
Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus bangsa, hendaknya selalu :
1. Menjaga norma-norma social agar dapat melangsungkan hidup dengan baik.
2. Memanfaatkan ilmu social untuk meneliti mengapa suatu masyarakat begitu mudah membuat kerusuhan.
3. Menggunakan ilmu social untuk menanggulangi perubahan social yang berdampak negative.
E. Penutup
Demikianlah daftar riwayat Bapak Sosiologi kita, Auguste Comte yang terus berusaha menciptakan ilmu masyarakat demi melancarkan kelangsungan hidup masyarakat yang akan dating. Berkat jasa beliau, kita dapat memilah dan memilih sesuatu yang baik dan benar tagar terhindar dari perubahan social. Sehingga kita dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar