Jumat, 09 September 2011

PENGGUNAAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 031 SUHADA KECAMATAN ENOK


 JUDUL :  PENGGUNAAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 031 SUHADA KECAMATAN ENOK

A. Latar Belakang Masalah
Oval: 1Pendidikan Agama Islam dalam pelaksanaannya membutuhkan metode yang tepat untuk menghantarkan kegiatan pendidikan ke arah tujuan yang dicita-citakan. Bahkan metode sebagai seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada anak didik dianggap lebih signifikan dibanding dengan materi itu sendiri. Sebuah filosofis mengatakan bahwa “al-Thariqat Ahamm Min al-Maddah” (metode jauh lebih penting dari materi) adalah sebuah realita bahwa cara penyampaian yang komunikatif lebih disenangi anak didik walaupun sebenarnya materi yang disampaikan tidak terlalu menarik. Sebaliknya, materi yang cukup baik, karena disampaikan dengan cara yang kurang menarik maka materi itu sendiri kurang dapat dicerna oleh anak didik. Oleh karena itu, penerapan metode yang tepat sangat mempengaruhi pencapaian keberhasilan dalam proses pembelajaran.[1] Misalnya pembelajaran materi akhlak, karena akhlak tidak hanya bersifat intelektual melainkan juga bersifat emosional.
Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan dalam kompetensi dasar. Cukup banyak bahan pelajaran yang terbuang percuma hany karena penggunaan metode menurut kehendak guru dan mengabaikan kebutuhan siswa, fasilitas, serta situasi kelas.[2]
Salah satu metode dalam pembelajaran adalah metode simulasi. Metode ini dimaksudkan sebaga i cara untuk menjelaskan sesuatu (bahan pelajaran) melalui perbuatan yang bersifat pura-pura atau melalui proses tingkah laku imitasi, atau bermain peran mengenai suatu tingkah laku yang dilakukan seolah-olah dalam keadaan yang sebenarnya.[3] Metode simulasi ini bertujuan untuk membentuk ketrampilan anak didik dalam bertindak di kehidupan sehari-harinya dan untuk menyiapkan anak didik ketika mereka telah terjun di masyarakat.
Pada jenjang sekolah dasar, Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman kepada siswa tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta untuk dapat melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.[4]
Realitas yang terjadi siswa kurang begitu suka dengan materi Pendidikan Agama Islam, karena mereka menganggap materi yang ada di dalamnya sifatnya terlalu “dogmatic” dan “ketinggalan zaman”, begitu pula dengan pengajarannya yang sifatnya terlalu menekankan kepada pendekatan intelektualistik verbalistik dan menafika pentingnya interaksi edukatif dan komunikasi humanistik antara guru dan siswa.
Gejala-gejala yang penulis temukan dalam pengamatan awal yang penulis lakukan antara lain:
1. Masih ada siswa yang kurang menyukai pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
2. Masih ada siswa kurang memperhatikan materi Pendidikan Agama Islam yang diajarkan oleh guru di kelas.
3. Guru lebih dominan di kelas dengan menggunakan metode yang monoton sehingga anak kurang tertarik mengikuti pembelajaran.
4. Guru kurang mengupayakan adanya inovasi dalam proses pembelajaran sehingga ajaran Islam dianggap sebagai dogma atau ajaran yang menyeramkan.
Berdasarkan gejala-gejala di atas, maka penulis berminat untuk mengadakan penelitian dan membuat karya ilmiah dengan judul: Penggunaan Metode Simulasi pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas V di Sekolah Dasar Negeri 031 Suhada Kecamatan Enok.

B. Alasan Memilih Judul
Penulis memilih judul ini dengan alasan sebagai berikut:
1. Di dalam materi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, guru diharapkan mampu memberikan kesan yang menarik dalam proses pembelajarannya dan siswa diharapkan mampu merasakan secara langsung teori yang disampaikan, oleh karena itu, guru harus menggunakan metode yang tepat dalam proses pembelajaran terutama simulasi agar siswa seolah-olah merasakan secara langsung teori dengan praktik di lapangan.
2. Penulis ingin mengetahui penggunaan metode simulasi dalam pembelajaran Pendidikan  Agama Islam.
3. Penulis ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan metode simulasi dalam pembelajaran Pendidikan  Agama Islam.
4. Penelitian ini sangat penting dilakukan sebagai upaya membangkitkan minat siswa dalam proses pembelajaran dan pemahaman materi dengan penggunaan metode simulasi.

C. Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi kesalahan dalam memberikan penafsiran atas istilah-istilah yang penulis gunakan dalam penelitian ini, maka penulis perlu memberikan penegasan terhadap istlah yang penulis gunakan, antara lain:

1. Penggunaan
Penggunaan berasal dari kata guna yang berarti faedah, manfaat, “suatu pekerjaan yang memberi pengaruh mendatangkan perubahan”.[5]
Jadi penggunaan memiliki arti pemanfaatan atau melakukan suatu pekerjaan agar memberikan pengaruh suatu perubahan.
Maksud penggunaan dalam penelitian ini adalah pemanfaatan metode simulasi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri 031 Suhada Kecamatan Enok.
2. Metode Simulasi
Di dalam Kamus Bahasa Inggris Indonesia dinyatakan bahwa simulate adalah “pekerjaan tiruan atau meniru, sedang simulate artinya menirukan, pura-pura atau berbuat seolah-olah”.[6]
Pengertian metode simulasi dalam penelitian ini adalah sebuah metode yang digunakan oleh guru dengan meniru atau memerankan sebuah kejadian yang ada dalam kehidupan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri 031 Suhada Kecamatan Enok.
3. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau pelatihan yang ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, tercakup di dalamnya lima aspek yaitu, aspek al-Qur’an, keimanan, akhlak, ibadah, dan sejarah.[7]
Pendidikan Agama Islam dalam penelitian ini adalah salah satu mata pelajaran yang ada di sekolah dasar dengan cakupan lima aspek yaitu, aspek al-Qur’an, keimanan, akhlak, ibadah, dan sejarah.

D. Permasalahan
  1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang maslah yang peneliti utarakan di atas, maka masalah di dalam penelitian ini dapat diidentifikan sebagai berikut:
a. Bagaimana perilaku siswa pada saat pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas?
b. Mengapa masih ada siswa yang kurang menyukai pembelajaran Pendidikan Agama Islam?
c. Apakah guru melakukan perubahan metode dalam proses pembelajaran?
d. Apakah guru lebih dominan di kelas dengan menggunakan metode yang monoton sehingga anak kurang tertarik mengikuti pembelajaran?
e. Bagaimana langkah-langkah penggunaan metode simulasi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam?
f. Apa faktor yang mempengaruhi penggunaan metode simulasi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam?
  1. Batasan Masalah
Menurut I.G.A.K Wardani:
”Batasan masalah adalah pemilihan sejumlah masalah berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah disertai penjelasan ruang lingkup masalah baik keluasan maupun kedalamannya”.[8]

Pembatasan masalah bertujuan untuk menghindari salah tafsir dan luasnya permasalahan,berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah: Penggunaan Metode Simulasi pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas V di Sekolah Dasar Negeri 031 Suhada Kecamatan Enok.
  1. Rumusan Masalah
Rumusan masalah di dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimana penggunaan metode simulasi pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas V di Sekolah Dasar Negeri 031 Suhada Kecamatan Enok?
b. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan metode simulasi pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas V di Sekolah Dasar Negeri 031 Suhada Kecamatan Enok?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
  1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ada dalam peneleitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui penggunaan metode simulasi pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas V di Sekolah Dasar Negeri 031 Suhada Kecamatan Enok.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan metode simulasi pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas V di Sekolah Dasar Negeri 031 Suhada Kecamatan Enok.
  1. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk:
a. Guru
-   Bagi guru hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam penggunaan metode simulasi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
b. Siswa
-   Bagi siswa dengan penggunaan metode simulasi mampu memahami materi Pendidikana Agama Islam secara lebih mendalam karena dengan metode ini siswa dapat merasakan secara langsung kejadian yang ada dalam masyarakat.


c. Sekolah
-   Sebagai panduan dalam menyusun kurikulum agar guru lebih memberikan metode yang bervariasi dalam proses pembelajaran.
d. Penulis
-   Sebagai sumbangsih ilmu pengetahuan terutama tentang penggunaan metode simulasi dalam pembelajaranPendidikan Agama Islam di kelas.
-   Memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian dengan dosen pengampu Herwati,S.Pd.,M.Pd. di Sekolah Tinggi Agama Islam Auliaurrasyidin Tembilahan.

F. Kerangka Teoritis
Untuk memberikan gambaran secara teoritis dalam penelitan ini, penulis akan berikan penjelasan beberapa hal sesuai dengan pendapat para ahli tentang penggunaan metode simulasi dalam materi shalat jenazah, diantaranya:
1. Pengertian Metode Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya “berpura-pura atau berbuat seakan-akan”.[9] Di dalam Kamus Bahasa Inggris Indonesia dinyatakan bahwa simulate adalah “pekerjaan tiruan atau meniru, sedang simulate artinya menirukan, pura-pura atau berbuat seolah-olah”.[10]
Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan “cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu”.[11]
Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya. Gladi resik merupakan salah satu contoh simulasi, yakni memperagakan proses terjadinya suatu upacara tertentu sebagai latihan untuk upacara sebenarnya supaya tidak gagal dalam waktunya nanti.
Jadi metode simulasi adalah peniruan atau perbuatan yang bersifat menirukan suatu peristiwa seolah-olah seperti peristiwa yang sebenarnya.
2. Tujuan Metode Simulasi
Metode simulasi bertujuan untuk:
a. melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari,
b. memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip,
c. melatih memecahkan masalah,
d. meningkatkan keaktifan belajar,
e. memberikan motivasi belajar kepada siswa,
f. melatih siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok,
g. menumbuhkan daya kreatif siswa, dan
h. melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi.[12]
3. Kelebihan Metode Simulasi
Terdapat beberapa kelebihan dengan menggunakan simulasi sebagai metode mengajar, di antaranya adalah:
a.  Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.
b.  Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topic yang disimulasikan.
c.  Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
d.  Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.
e.  Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran.[13]

4. Kelemahan Metode Simulasi
Di samping memiliki kelebihan, simulasi juga mempunyai kelemahan, di antaranya:
a.  Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan di lapangan.
b.  Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
c.  Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi siswa dalam melakukan simulasi.[14]

5. Langkah-langkah Penggunaan Metode Simulasi
a. Tahap Awal Simulasi
-          Guru menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh simulasi.
-          Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan.
-          Guru membentuk kelompok dan menentukan alat yang digunakan.
-          Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peranan yang harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang disediakan.
-          Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi.
b. Pelaksanaan Simulasi
-          Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran.
-          Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.
-          Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan.
-          Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang disimulasikan.
c. Penutup
-          Guru dan siswa melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita yang disimulasikan.Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi.
-          Guru merumuskan kesimpulan.[15]
6. Manfaat Metode Simulasi
Beberapa penulis menyebutkan manfaat simulasi, diantaranya adalah berikut ini. Simulasi dapat meningkatkan motivasi dan perhatian anak terhadap topik, dan belajar anak, serta meningkatkan keterlibatan langsung dan partisipasi aktif siswa dalam belajar. Meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar kognitif, meliputi informasi faktual, konsep, prinsip dan keterampilan membuat keputusan. Belajar siswa lebih bermakna.
Meningkatkan afektif, atau sikap dan persepsi anak terhadap isu yang berkembang di masyarakat. Meningkatkan sikap empatik dan pemahaman adanya perbedaan antara dirinya dengan orang lain. Afeksi umum anak meningkat, kesadaran diri dan pandangan terhadap orang lain lebih efektif. Struktur kelas dan pola interaksi kelas berkembang, hubungan guru—siswa hangat, mendorong kebebasan anak dalam mengeksplorasi gagasan, peran guru minimal sedang otonomi anak meningkat, meningkatkan tukar pendapat dari pandangan anak yang berbeda-beda.[16]
G. Konsep Operasional
Konsep operasional adalah suatu konsep dan penjabaran dari konsep teoritis agar mudah dipakai dan sekaligus sebagai aturan di lapangan penelitian serta menghindari kesalahpahaman.[17]
Sedangkan konsep yang dioperasionalkan dalam penelitian ini adalah penggunaan metode simulasi pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri 031 Suhada Kecamatan Enok dengan indikator sebagai berikut:
1.     Guru menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh simulasi.
2.     Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan.
3.     Guru membentuk kelompok dan menentukan alat yang digunakan
4.     Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi.
5.     Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi.
6.     Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran.
7.     Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.
8.     Guru memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan.
9.     Guru menghentikan simulasi pada saat kondisi memuncak.
10.   Guru dan siswa melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi.
11.   Guru merumuskan kesimpulan.

H. Metode Penelitian
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini adalah di Sekolah Dasar Negeri 031 Suhada Kecamatan Enok.
b. Waktu Penelitian
Waktu dalam penelitian ini adalah selama satu bulan pada bulan Juni 2011.

2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah guru Pendidikan Agama Islam dan siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri 031 Suhada Kecamatan Enok.
b. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah penggunaan metode simulasi pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri 031 Suhada Kecamatan Enok.
3. Populasi dan Sampel
Populasi adalah ”seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan”.[18]  Menurut Riduwan yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi subjek dari penelitian”.[19]
Sedangkan sampel penelitian adalah ”bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti”.[20]
Populasi dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran Pendididikan Agama Islam dan siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri 031 Suhada Kecamatan Enok  dengan jumlah sebanyak 1 orang guru dan 23 siswa sehingga jumlah populasinya adalah 24 orang. Dalam penelitian ini tidak ditentukan sampel karena penelitian ini merupakan penelitian populatif/sensus, yakni “penelitian yang memanfaatkan populasi secara keseluruhan tanpa menentukan sampel”.[21]
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi menurut Wina Sanjaya adalah:
”teknik pengumpulan data dengan cara mengamati langsung setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati dan diteliti”.[22]

Observasi dilakukan kepada guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri 031 Suhada Kecamatan Enok tentang penggunaan metode simulasi.
b. Wawancara
Menurut Lexy J. Meolong, maksud dari wawancara adalah:
”percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara dan yang diwawancarai. Dalam hal ini penulis mengajukan pertanyaan dalam bentuk lisan kepada informan yang telah ditentukan”.[23]

Wawancara dilakukan kepada kepala sekolah dan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri 031 Suhada Kecamatan Enok tentang penggunaan metode simulasi.
c. Dokumentasi adalah ”mencari data mengenai hal-hal berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, agenda dan sebagainya”.[24]
5. Teknik Analisa Data
Data dari hasil observasi penulis kumpulkan dalam bentuk angka-angka yang disebut data kuantitatif, selanjutnya diolah dengan menggunakan rumus:

            F
       P =  -  X 100%
            N

Keterangan :
F = Frekuensi hasil observasi.
N = Number of cases (jumlah frekuensi).
P = Angka persentase.[25]
Selanjutnya data akan dihimpun dalam satu bentuk sajian dan disajikan secara kuantitatif dengan kategori sebagai berikut:
81% – 100% = sangat mampu
61% – 80%  = mampu
41% – 60%  = cukup mampu
21% – 40%  = kurang mampu
 0% - 20%  = tidak mampu[26]

I. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:
BAB I      :     PENDAHULUAN,  berisikan Latar Belakang Masalah, Penegasan Istilah, Permasalahan, Tujuan dan Manfaat Penelitian, konsep operasional dan Sistematika Penulisan.
BAB II     :     TINJAUAN PUSTAKA
BAB III    :     METODE PENELITIAN, berisikan Waktu dan Tempat Penelitian, Subjek dan Objek penelitian, Populasi dan Sampel, Teknik Pengumpulan Data dan  teknik Analisis Data.
BAB  IV    :     PENYAJIAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.
BAB V      :     PENUTUP, berisikan kesimpulan dan saran–saran.
DAFTAR PUSTAKA




















DAFTAR PUSTAKA


Abdul Majid dan Dian Andayani, (2006), Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi; Konsep dan Implementasi Kurikulum 2006, Bandung; Remaja Rosdakarya.
Anas Sudijono, (2001), Pengantar Statistika Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.
Armai Arief, (2002), Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press.
Desy Anwar, (2003), Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Amelia.
Echols dan Shadily, (2007), Kamus Bahasa Inggris-Indonesia, Jakarta: Pustaka Amani.
I.G.A.K Wardani, dkk, (2007), Teknik Penulisan Karya Ilmiah, Jakarta: Universitas Terbuka.
Lexy J. Meolong, (2002), Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muhaimin dan Abdul Ghofur, (2006), Strategi Belajar Mengajar, Surabaya: Citra Media.
Nana Sudjana, (2009), Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Nurul Zuriah, (2006), Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi,  Jakarta: Bumi Aksara.
Ramayulis, (2005), Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia.
Riduwan, (2005), Belajar Mudah Penelitian bagi Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula, Bandung: Alf11abeta.
Sumiati dan Asra, (2008), Metode Pembelajaran, Bandung: Wacana Prima.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, (2006), Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta.
Wahyu MS dan Muhammad MS, (2007), Petunjuk Praktis Membuat Skripsi Surabaya: Usaha Nasional.
Wina Sanjaya, (2009), Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Kencana.



[1]Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal. 39.
[2]Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 87.
[3]Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), 89.
[4]Muhaimin dan Abdul Ghofur, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: Citra Media, 2006), hal. 3.
[5]Desy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Amelia, 2003), hal. 161.
[6]Echols dan Shadily, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia, (Jakarta: Pustaka Amani, 2007), hal. 527.
[7]Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi; Konsep dan Implementasi Kurikulum 2006, (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 133.
[8]I.G.A.K Wardani, dkk, Teknik Penulisan Karya Ilmiah, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), hal. 34.
[9]Desy Anwar, op.cit., hal. 443.
[10]Echols dan Shadily, op.cit., hal. 527.
[12]Ramayulis, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), hal. 158.
[14]Ibid.
[15]Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: Wacana Prima, 2008), hal. 100-101.
[17]Wahyu MS dan Muhammad MS, Petunjuk Praktis Membuat Skripsi (Surabaya: Usaha Nasional, 2007), hal. 141.
[18]Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi,  (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hal. 116.
[19]Riduwan, Belajar Mudah Penelitian bagi Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula, (Bandung: Alfabeta, 2005), hal. 10.
[20]Ibid., hal. 11.
[21]Ibid., hal. 64.
[22]Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 86.
[23]Lexy J. Meolong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 135.
[24]Ibid., hal. 65.
[25]Anas Sudijono, Pengantar Statistika Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hal. 40.
[26]Riduwan, op.cit., hal. 89.

1 komentar: